Posted in Diary, Philippines, Travel

Mampir ke Negeri Pinoy

AKHIRNYA, sempat juga saya posting cerita ke Manila awal bulan lalu. Basi sih..sekedar apdet, tapi ya  udah lah ya.. 😀

Bisa dibilang, kesempatan berkunjung ke negeri Pinoy itu merupakan rejeki yang tak terduga duga pasca musibah yg menimpa saya di bandara Soekarno Hatta, tengah Februari lalu. Gadget yang belum genap dua bulan saya beli tersebut raib di sana ketika menunggu taxi. Beberapa minggu setelah itu pun pekerjaan baru ini meminang. Sepaket dengan pinangan tersebut, maka terbang ke Manila dihadiahkan kepada saya di Minggu ketiga saya bekerja.

Dengan rute penerbagan Jakarta – Singapore – Manila, Singapore Airlines mendaratkan saya di bandara internasional Aquino yang tak ubahnya Jakarta raya: panas, macet, dan berisik.

Technically tentu saja ini bukan liburan. Kehadiran saya di sana adalah bagian dari regional meeting se Asia-Pacific dalam rangka International Year of Volunteers. Maka semua national coordinator dari 21 negara se Asia Pacific hadir bersama UNV program officer masing-masing. Continue reading “Mampir ke Negeri Pinoy”

Posted in Diary, Indonesia, Travel

Jakarta, Not that Bad Lah…


DUA
bulan lalu adalah momen paling dramatis dalam hidup saya. Momen ketika segenap energi terkuras habis karenanya. Pikiran, tenaga, hati, dan perasaan seakan berkonspirasi membajak diri saya untuk larut dalam memetakan prioritas hidup. Tak sia-sia memang. Akhirnya hidup di Jogja saya genapi selama 7 tahun saja.

Tepat di tengah April lalu saya pun hijrah ke ibu kota. Saya pikir 1,5 tahun bekerja di lembaga asing di Jogja sudah cukup menguatkan hati saya utnuk terjun ke sana. Menceburkan diri, dan ikut berenang bersama rekan rekan yg lebih dulu basah. Dan entah sampai kapan kita akan tiba di pulau kebahagiaan nantinya?

Sebetulnya keputusan ini merupakan plan B saya. Plan A yang gagal meluluskan saya untuk melanjutkan kuliah Master tahun ini saya paksakan untuk hijrah ke belantara beton itu. Tapi tak asal pindah, tentu keputusan meninggalkan Jogja harus dibayar dengan harga yang pantas di ibukota. Karena meninggalkan zona senyaman kota gudeg ini sungguh berat bukan kepalang. Ya, paling tidak pekerjaan baru tersebut sesuai dengan apa yang saya impikan. Sejalan dengan idealisme dan cukup mendukung pencapaian resolusi tahunan saya. Continue reading “Jakarta, Not that Bad Lah…”