SEMPAT di salah satu postingan saya dua tahun lalu, saya ceritakan bahwa sukar rasanya untuk tinggal di ibukota. Tujuh tahun tinggal di Jogja sungguh menyulitkan perantau seperti saya untuk memilih Jakarta.
That’s really obviously easy, right? I mean, it’s supposed to be really easy to choose between Jakarta and Jogja. Seharusnya pilihan kali ini begitu hitam dan putih. Begitu mudah…
You name it lah… ada begitu banyak cerita yang tidak mengenakan mengenai Jakarta. Kota yang tidak ramah, macet yang menggila, hebohnya banjir, hingga cuaca dan polusi udara yang sepertinya sudah melewati kadar seharusnya. Konon menurut World Bank, Jakarta menjadi salah satu kota dengan kadar polutan tertinggi setelah Beijing, New Delhi, dan Mexico City.
Sebagai warga Jakarta yang baru saja menggenapi 2 tahun tinggal pada April lalu, saya merasakan betul dampak dari tingkat polutan yang tinggi ini. Aktivitas yang padat rasa-rasanya membuat saya kekurangan waktu untuk mengurus diri. It sounds really exaggerate, but yes it is obviously a big deal for me! Continue reading “Karena Menyegarkan Itu Menyenangkan”