Posted in Resensi

Refleksi Rasial dan Marjinalitas di Australia

 

AUSTRALIA dikenal dengan negara yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai pluralisme dan kebebasan. Negara multikultural ini sangat menghormati sekali rakyatnya untuk berekspresi dan berpendapat. Namun dalam beberapa kasus, nyatanya, hal tersebut tidak sepenuhnya dijalankan oleh negara ini. Terbukti dari masih banyaknya kasus rasial seperti konflik antara warga kulit hitam dan kulit putih serta antara suku aborigin dan kaum pendatang. Termasuk di dalamnya komunitas kaum urban dan antikemapanan, seperti kaum Skinhead, yang diceritakan dalam film dokumenter Romper Stomper yang dibintangi oleh Russel Crowe.

Kaum Skinhead yang bercirikan kepala plontos ini kerap hidup di sudut kota-kota besar sebagai pengejawantahanan ideologi yang mereka usung. Ideologi tersebut yaitu ideologi antikemapanan dengan tidak mengapresiasikan nilai-nilai normatif yang secara wajar ada dalam kehidupan masyarakat normal. Lagi-lagi, kaum ini disebut sebagai kaum marjinal karena norma atau nilai yang berlaku di antara anggotanya tidak sesuai dengan nilai yang berlaku dalam masyarakat pada umumnya.

Untuk mengekspresikan nilai-nilai tersebut, mereka menggunakan fashion dan aksesoris, serta gaya rambut yang keluar dari mainstream. Para pria dengan sengaja mencukur rambut mereka sampai plontos. Mengukir lukisan di tubuhnya serta menggunakan aksesoris atau busana yang sangat nyentrik. Misalnya pakaian mereka yang selalu dikawinkan dengan sepatu Boot dengan celana jeans yang panjangnya hanya sampai batas mata kaki. Sedangkan wanitanya menggunakan make-up yang sangat mencolok dengan gaya rambut yang tidak biasanya. Gaya rambutnya pun bermacam-macam serta warna-warni. Continue reading “Refleksi Rasial dan Marjinalitas di Australia”

Posted in Komunikasi

Teknologi Komunikasi dan Sosial Budaya

     Teknologi digital berkembang sedemikian pesatnya. Berbagai temuan dan perkembangan IT yang tidak pernah terbayangkan oleh generasi sebelumnya kini berada di depan mata. Kemajuan teknologi jarak jauh seperti PDA, telepon selular, komputer, kamera, yang semuanya telah dapat memanfaatkan teknologi internet membuat kehidupan manusia menjadi lebih mudah sehingga tak ada lagi jarak pembatas di bumi ini. Semuanya dapat dijangkau tanpa harus berada di tempat yang dikehendaki.

Kemajuan teknologi digital ini pun besar pengaruhnya terhadap media penyiaran. Segala aspek kehidupan manusia di bidang ekonomi, sosial, dan budaya turut terkena imbasnya. Inovasi dan penemuan teknologi merupakan titik tolak bagi perkembangan media penyiaran.

Kemampuan teknologi jarak jauh memungkinkan sistem media penyiaran lebih mudah dalam mentransmisi pesan-pesannya kepada audiens. Perkembangan TV kabel memungkinkan pihak televisi tidak perlu membuang milyaran rupiah hanya untuk membangun tiang-tiang pemancar di pelosok-pelosok desa. TV kabel memungkinkan audiens dapat mengakses siaran melalui internet. Hal in tentunya dapat menekan cost production televisi tersebut.

Continue reading “Teknologi Komunikasi dan Sosial Budaya”

Posted in Resensi

Cengkarut Perfilman Tanah Air

 

Landskap perfilman Indonesia ibarat belantara luas yang dipenuhi belukar persoalan serta onak masalah. Memasuki landskap itu tanpa menggenggam secarik peta niscaya hanya akan menuai kebingunan atau malahan bisa tersesat ke wilayah tak bertuan.

Perfilman Indonesia, seperti yang pernah diungkapkan mendiang Asrul Sani-tokoh perfilman nasional, terkenal karena keburukan-keburukannya. Berbagai macam persoalan dari penggalian tema, pendanaan, pendistribusian, hingga peraturan tentang perfilman merupakan rentetan persoalan rumit yang berujung pada stigma negatif. Maka untuk mengetahui akar persoalannya perlu dilakukan pemetaan persoalan sebagai masukan dan saran untuk pengambilan kebijakan di masa yang akan datang.

Buku “Menguak Peta Perfilman Indonesia” merupakan salah satu langkah strategis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang persoalan yang menggerogoti dunia perfilman tanah air. Buku ini merupakan pemetaan tahap kedua setelah sebelumnya telah dilakukan pemetaan tahap pertama pada Desember 2003. Namun, pemetaan tahap pertama hanya berupa langkah “pengidentifikasian” persoalan atau hanya pada tataran permukaannya saja sehingga perlu dikaji lebih mendalam pada pemetaan tahap kedua dalam buku ini.

Pemetaan yang dilakukan pada tahap kedua ini merupakan pendalaman dari persoalan yang mengitari perfilman Indonesia. Persoalan yang dihadapi ternyata multi dimensional dan saling terkait sehingga dalam penjelasannya, pemetaan ini membatasi bahasannya pada persoalan perfilman mulai dekade 1990-an hingga sekarang dan hanya mengkaji film cerita yang diputar di bioskop. Cakupan peta persoalan dipaparkan dengan mendahulukan Persoalan Produksi lalu dilanjutkan pada Persoalan Kreativitas dan Sensor, Persoalan Distribusi Film, Persoalan Sumber Daya Manusia, Persoalan Apresiasi dan Festival, serta Persoalan Arsip dan Dokumentasi Film. Keenam peta persoalan ini dipaparkan secara mendalam, runut, dan saling berkaitan.

Persoalan yang diangkat dalam buku ini memang sudah banyak dibahas walaupun belum begitu mendalam seperti yang ditulis oleh Garin Nugroho (“Krisis sebagai Momentum Kelahiran”, Kompas, Agustus, 1991 dan “Film Indonesia, Antara Pertumbuhan dan Kecemasan”, Tempo, Mei 1993). Sudwikatmono juga pernah menulis buku “Sinepleks dan Industri Film Indonesia dalam Layar Perak” terbitan Gramedia tahun 1992.

Continue reading “Cengkarut Perfilman Tanah Air”

Posted in Ketawa

Sisa Makanan

Suatu hari ada seorang Humas dari suatu perusahaan Indonesia mengajak makan seorang relasi perusahaannya dari malaysia. Diperjalanannya pulang keduanya saling ngobrol.

Malaysia:”Kalo di Indonesia sisa makanan sea food tadi di apain?”

Indonesia:”yaaaaa, di buang.”

Malaysia:”Oh, kalo di Malaysia itu di olah menjadi makanan ringan, kemudian di jual di Indonesia”

Indonesia:”Oh, begitu”

Si Malaysia melihat ke arah minuman kaleng yang di minum si Indonesia

Malaysia:”minuman kaleng itu habis kamu minum kamu apakan?”

Indonesia:”ya, di buang”

Malaysia:”Oh, kalo di Malaysia kaleng itu di daur ulang kemudian di daur ulang untuk di jadikan mobil lalu di jual di Indonesia.”

Indonesia:”Oh, gitu.” (dengan sedikit kesal)
kemudian mereka melewati tempat pembuangan ban bekas

Malaysia:”buat apaan ban-ban bekas itu?”

Indonesia:”yaaa, buat di bakar.”

Malaysia:”oh, kalou di Malaysia ban-ban bekas itu di olah untuk di jadikan kondom, lalu di jual di indonesia.”

Indonesia:”oh, begitu” (dengan nada kesal, kemudian balik bertanya)

Indonesia:”kamu tau nggak di apakan kondom yang habis dipakai di Indonesia?”

Malaysia:”tidak” (dengan perasaan heran)

Indonesia:”kondom-kondom yang udah dipakai di Indoneisa, diolah lagi kemudian dijadikan permen karet lalu dijual ke Malaysia!!!!”

Posted in Ketawa

+Tips menghadapi Polantas

Berani enggak “gokil” begini ?

Seorang Polantas menghentikan mobil seorang pria yang ngebut dengan kecepatan tinggi menerobos lampu merah, dan bermaksud menilangnya.

Polantas: “Selamat malam Pak. Tolong lihat SIM-nya”.
Pria : “Wah, nggak ada Pak. SIM saya sudah dicabut gara-gara terlalu sering ditilang”.
Polantas: (Menyeringai) “Oya .? Kalau begitu, tolong perlihatkan STNK-nya”.
Pria : “Nggak punya Pak. Soalnya ini bukan mobil saya. Ini mobil hasil curian”.
Polantas: “Mobil curian?”
Pria : “Benar Pak. Tapi, tunggu sebentar. Kalau nggak salah ingat, saya lihat ada STNK di kotak perkakas di jok belakang waktu saya menyimpan pistol saya di sana”
Polantas: “Hah …? Ada pistol di kotak perkakas?”
Pria : “Iya Pak. Saya menaruh pistol saya di sana ketika saya selesai
merampok dan membunuh seorang wanita dan menaruh mayatnya di bagasi”.
Polantas: “Ada MAYAT di BAGASI ..?”
Pria : (Dengan muka dingin) “Iya Pak….”.

Mendengar demikian, dengan panik si Polantas menelepon atasannya yang kemudian menghubungi Kapolda. Tidak berapa lama kemudian, mobil itu segera dikepung oleh mobil-mobil polisi dan Kapolda mendekati si pria sambil memintanya untuk tetap tenang.

Kapolda: “Boleh saya lihat SIM Anda, Pak ?”
Pria : “Oh, tentu”. (SIM-nya masih berlaku dan resmi)
Kapolda: “Mobil siapa ini ?”
Pria : “Mobil saya Pak. Ini STNK saya”. (Juga masih berlaku)
Kapolda: ” Boleh Anda buka kotak perkakas dengan perlahan dan tunjukkan kepada saya pistol Anda di sana ?”
Pria : “Tentu saja Pak, tapi tidak ada pistol disana”. (Tentu saja, memang tidak ada pistol di sana)
Kapolda: “Hmm.. kalau begitu, boleh tolong buka bagasinya? Saya mendapat laporan bahwa ada mayat di sana”.
Pria : “Baik Pak …” (Bagasi dibuka dan memang tidak ada mayat di sana.)
Kapolda: “Saya tidak mengerti. Petugas yang menghentikan mobil Bapak mengatakan bahwa Bapak tidak mempunyai SIM, mencuri mobil ini, punya pistol di kotak perkakas, habis merampok dan membawa mayat di bagasi”.
Pria : “Oh, begitukah ceritanya .? Saya yakin si pembohong besar itu juga mengatakan kepada Bapak bahwa saya ngebut melanggar lampu merah .”.

Posted in Ketawa

Kalo Cowok…

Kalo cowok ganteng pendiam
cewek-cewek bilang: woow, cool banget…
kalo cowok jelek pendiam
cewek-cewek bilang: ih kuper…

Kalo cowok ganteng jomblo
cewek-cewek bilang: pasti dia perfeksionis
kalo cowok jelek jomblo
cewek-cewek bilang: sudah jelas…kagak laku…

kalo cowok ganteng berbuat jahat
cewek-cewek bilang: nobody’s perfect
kalo cowok jelek berbuat jahat
cewek-cewek bilang: pantes…tampangnya kriminal

kalo cowok ganteng nolongin cewe yang diganggu preman
cewek-cewek bilang: wuih jantan…kayak di filem-filem
kalo cowok jelek nolongin cewe yang diganggu preman
cewek-cewek bilang: pasti premannya emennya dia…


kalo cowok ganteng dapet cewek cantik
cewek-cewek bilang: klop…serasi banget…
kalo cowok jelek dapet cewek cantik
cewek-cewek bilang: pasti main dukun…

kalo cowok ganteng diputusin cewek
cewek-cewek bilang: jangan sedih, khan masih ada aku…
kalo cowok jelek diputusin cewek
cewek-cewek bilang:…(terdiam, tapi telunjuknya meliuk-liuk dari atas ke bawah, liat dulu dong bentuknya)…

kalo cowok ganteng ngaku indo
cewek-cewek bilang: emang mirip-mirip bule sih…
kalo cowok jelek ngaku indo
cewek-cewek bilang: pasti ibunya Jawa bapaknya robot…


kalo cowok ganteng penyayang binatang
cewek-cewek bilang: perasaannya halus…penuh cinta kasih
kalo cowok jelek penyayang binatang
cewek-cewek bilang: sesama keluarga emang harus menyayangi…


kalo cowok ganteng bawa BMW
cewek-cewek bilang: matching…keren luar dalem
kalo cowok jelek bawa BMW
cewek-cewek bilang: mas majikannya mana?…


kalo cowok ganteng males difoto
cewek-cewek bilang: pasti takut fotonya kesebar-sebar
kalo cowok jelek males difoto
cewek-cewek bilang: nggak tega ngeliat hasil cetakannya ya?…


kalo cowok ganteng naek motor gede
cewek-cewek bilang: wah kayak lorenzo lamas…bikin lemas…
kalo cowok jelek naek motor gede
cewek-cewek bilang: awas!!
mandragade lewat…


kalo cowok ganteng nuangin air ke gelas cewek
cewek-cewek bilang: ini baru cowok gentlemen
kalo cowok jelek nuangin air ke gelas cewek
cewek-cewek bilang: naluri pembantu, emang gitu…


kalo cowok ganteng bersedih hati
cewek-cewek bilang: let me be your shoulder to cry on
kalo cowok jelek bersedih hati
cewek-cewek bilang: cengeng amat!!…laki-laki bukan sih?


Kalo cowok ganteng baca e-mail ini
langsung ngaca sambil senyum-senyum kecil, lalu
berkata “life is beautifull”


kalo cowok jelek baca e-mail ini,
Frustasi, ngambil tali jemuran, trus triak
sekeras-kerasnya
“HIDUP INI KEJAAAAMMM….!!!”

Posted in Puisi

Sebab Sungai Adalah Semacam Liang Lahat

Sebab sungai adalah semacam liang lahat

Kerikil di sana bak rerumput di sela-sela lisan teratas

Lalu arusnya adalah papan-papan paling bawah

Menghadap barat badan telentang ke dinding merah

 

Lajunya tenang selaksa jenjang hidup nuju Pencipta

 

Harapan yang terkubur di ruang gelap

Bersarang di sel-sel otak untuk kemudian terendap-endap berdebu

Sepat dan tongkol mabuk ditimbun gundukan tanah merah

Melucuti ari yang tertempel di tiap lesung tengkorak

 

Sebab sungai adalah jasad dan seterusnya membangkai bumi

Sebab tepinya adalah rusuk-rusuk khianat

 

Lalu muaranya adalah kelaminmu

Sebab kenikmatan terdera di pucuk-pucuknya

Menelanjangi imaji syahwat dalam cangkang tanah kuburan

 

Dan ruh cuma terbang kepayang di awang-awang

Sebab sungai adalah semacam liang keramat []

Posted in Puisi

Edane Sungai Cisadane

Lang pulanglah sayang

Seperti riak ombak tak kunjung ke tepi

Lagian sawah kelak terbenam

Jauh di negeri api dan angin

Menyambut awan yang tak lekas tandang

Aku beranjak dari pura itu.

Meliuk mata kaki di antara gundukan kerikil

 

Sementara sang siang menghempas-hempas nyawa dahan

Yang menutupi permukaan air

Sungaiku sungai ilalang

Ujungnya entah seperti negeri sok kaya

 

Belumlah BBM sempatlah Ambalat

Cukuplah …. apalagi nista ini

Oalah …. akankah sungai ini kering terapung?

Menyisakan intrik-intrik krikil dan politik

Bahkan darah adalah menu utama

Di tiap pagi dan sore hari

 

Oalah…akankah sungai ini terbendung

Lalu tak sempat menyisakan sedikit oksigen bagi parit-parit di luar sana

Yang kebetulan tak bisa pulang karena gaji yang kurang

Eh…salah ding!! Atau justru kenangan gaji yang tinggi

Sampai jejak langkahpun tak dimengerti lagi

 

Lagi pula sungai ini sudah mendangkal

Tangan-tangan penyamun yang tetap mengais

Padahal jelas kaki terpenggal

 

Lalu sesosok bisu mencaci diriku dan bergumam tegas:

“Hai ikan jelek, diamlah di sana, karena kail ini akan menyusul insangmu!!!”

 

Aku mati Aku mati

Posted in Puisi

Tentang Tiga

Kubisa diam kalau kau serat

Kubisa bilang bila kau tenang

Cukuplah Rhein hati ini

Deralah Rhein mayatku kini

Karena cukuplah ruh yang kupunya

Tercabik lengkap lewat di dada

 

Dunno disturb my eyes now

Let them alone with those faces

Tak terkira perihnya hingga

Rhein tertega yang kupunya

Resapi sukma belenggu air mata

Cukup sudah Rhein..

 

Jiwa kini tersungkur gunung

Tangan ini terpenggal jantung

Sebegitukah cintamu

Maukah kejam ataukah lara?

Ataupun sadis mungkinkah murka?

Tak tahu khilafku letak

 

Adakah sillah di sana

Termungkinkah kapabilitas ada?

Kekinian anomali hartaku punya

 

Jogja, 11 januari 05

 

 

 

Hati ini malu. Jiwa ini sungguh tak tahu malu

Kepada Mu Rabb aku Cuma bisa meminta

Sementara sujud lengang terjaga

Kemudian ruang maghfirah itu selalu ada

Aku malu Rabb

 

Hati ini malu. Jiwa ini sungguh tak tahu malu

Kepada Mu Rabb aku Cuma bisa meminta

Terasa kecil makhluk ini

Kikis sudah sombong ini

Keajaiban Mu yang teralami

Menyuburkan imanku yang sempat terongrong

 

Aku malu Rabb jiwa ini sungguh tak tahu malu

Langit yang dipinta selalu ada

Namun sujud yang tersedia sarat lengang adanya

Aku malu Rabb

Berilah istiqamah dan kekuatan hambamu yang maha kerdil ini.

 

 

Jogja, 11 januari 05

 

 

 

Fuck!! …

Suck!!

Bullshit!!

Asu

Segawon

Bajigur

Anjrit

Wuteva….you’re so…cuih!

 

Sebegitu parahkah arti sebuah kebencian?

Eit..bukan benci kawan. Mungkin seorang aku tidak punya banyak kosa kata untuk melukiskan sebuah perasaan kecewa dan kesal

Dan yang terdengar hanya umpat dan caci maki bernada sopan

 

Di mana sih arti sebuah teman bagimu?

Sebegitu mudahkah kamu melupakan apa yang telah aku berikan kepadamu?

Sehingga kata yang keluar dari mulutmu hanya: urusanmu!!

Lupakah engkau ketika malam aku rela membantumu membuat paper

Lupakah kamu ketika itu aku membantumu mencari dosen karena salah jadwal ujian!

 

Maaf kawan..aku juga telah banyak merepotkanmu selama ini. AKu dengan tak tahu malu nebeng di belakang jok motormu. Aku yang tak bermateri ini suka pinjem duit. Aku yang kemarin bermasalah minta dianterin keliling jual hp. Namun, apakah demikian caramu melampiaskan rasa ‘kerepotanmu atau keterpaksaanmu membantu’ kepadaku..

Picik sekali engkau kawan..

Bilang saja kalau selama ini kamu hanya menahan …merasa tidak enak kalau tidak membantu teman.

Bukan. Bukan, bukan itu teman. Bukan yang itu sahabat!  Dan bukan itu inginku!

Aku Cuma butuh pengertianmu. Rasa empatimu. Senyummu ketika aku senang. Dan tangismu ketika aku susah. Dan tatapan seriusmu ketika aku berkesah.

Aku Cuma butuh teman-butuh  teman. Sederhana saja,

Memang tak adil. Aku begitu egois, teman? Kita sudah tak memahmi lagi…

Dan tepukan khas pertama kali berkenalan sudah tak hapal untuk dipraktikan..

Sangat disesalkan…

 

Cerita lama yang kembli terulang. Friendship is bullshit?

 

Jogja, 7 januari 05 setelah ujian agama

 

 

 

Mon, apakah kamu masih punya cinta?

Apakah kamu masih menyimpan harta itu?

Apakah kamu sudah punya cukup nyali untuk berkata ‘ya’ padaku?

Apakah rasa sayangku masih lekat di benakmu?

Apakah surat itu kau simpan baik-baik?

Apakah masih ada secuil rasa di hatimu?

Apakah masih ada waktu untuk mendengar peluhku?

Apakah tugas-tugasmu sudah selesai kamu kerjakan? Sehingga aku yakin tak terabaikan?

Apakah orangtuamu sudah mengerti kalau perkawinan mereka diawali dari apa yang kita lakukan saat ini?

Apakah adikmu maih sayang padaku?

Apakah kamu selalu pulang malam?

Apakah kamu masih ingat ngenet di warnet di dekat rumahmu?

Apakah kamu juga sering memakai syal ungu dariku?

Apakah minuman kesukaanmu masih air jeruk ditambah sedikit susu?

Apakah bedak taburmu masih di beli di toko Jhon Guttenberg?

Apakah kamu ingat ketika menangis di pundakku?

Apakah kamu sudah sudah yakin bahwa aku bukan pilihanmu?

Apakah aku terlalu cacat dan sebegitu buruk untukmu?

Apakah aku terlalu cuek untuk ukuran laki-laki?

Apakah aku terlalu naïf untuk sebuah cinta?

Apakah dan apakah?

Dan jutaan apakah yang masih tersimpan di gudang benak bersarang cinta masih menunggu untuk teriak

Karena kamu begitu sempurna untukku……….

Dan masihkah kamu memberikan celah itu untukku lagi……

 

Jogja, 7 januari 05

 

 

 

Seorang teman sama seperti baju yang kau kenakkan sehari-hari

Balutan busana rapi untuk kemudian lesuh akan setia menanti. Teman akan setia menutupi kejelekkan-kejelekkanmu. Berusaha menahan aroma tubuhmu yang bau seperti bangkai. Seorang teman akan setia…akan setia

 

Jogja, 7 januari 05

 

 

 

Pergi dan teriak di luar sana

Hentamkan kakimu jangan kau lupa

Pegangi kudamu. Lepaskan sayapnya

Ataukah aku harus menunduk melupakan kisah usang itu?

 

Tinggalkan saja aroma tubuh busukmu!

Larilah ke perpustakaan kemarin

Jangan siakan kasih si bungsu

Hentak-hentakkan peln-pelan

Detak-detakkan jantungmu kawan

 

Sedang tanganku terlalu besar untuk ukuran lawan

Lewat saja kau akan tamat

Kiamatmu hamper dekat

Syukurilah kawan riwayat aku.

 

Jogja, 11 januari 05

 

 

Seorang ibu adalah manusia sempurna. Walau ku

tahu tak ada manusia sempurna kecuali utusanNya.

Namun, bukan berarti aku mau menyamakan beliau

nabi. Namun, hanya itu yang bisa kuukirkan

 untuk mendesripsikan bundaku. Tiap pagi, ibu

 dengan setia membangunkanku. Apalagi ketika

puasa itu. Matanya paling dini untuk terbelalak

 sana. Tubuhnya yang lemah sangat kuat

 tuk anandanya tercinta. sementara

kita memang tidak tahu malu

Bisanya hanya berkata: hai ibuku sayang. Adakah seuntai konkret

buat ibu?

Ibu terlalu lemah untuk menampar anaknya yang kurang ajar. Ibu

Terlalu baik untuk memberi maaf se-MalinKundang. Ibu

terlalu tabah tuk setiap luka

Dan aku terlalu durhaka tak bisa berbuat apa-apa untuk membahagiakan ibuku.

 

Jogja, 11 januari 2005

 

 

 

Saya suka ini…..

Pernahkah anda merasa mengenal seseorang dengan sempurna?

Dan  anda merasa sok tahu atas hidup dan matinya

Lalu anda menghakimi tentang jadwalnya ketika suka dan duka

Dan seakan-akan anda tahu kapan seharusnya ia tersenyum ataupun murung

Dan ketika anda yakin dengan semua hal di atas, maka

Tanyalah..

Tahulah anda: anda akan merasa sangat menyesal

Betapa bodohnya anda! Anda tak kan pernah tahu

Bahwa di balik senyumnya terdapat jasad yang tergeletak luka parah

Dan seseungguhnya perbuatan anda yang anda kira biasa saja

Adalah seperti merazamnya

Racun itu jauh melesak ke sel-sel hati

Dan semakin ia tertawa keras, maka

Anda hanya akan menjadi badut sempurna di sana

Karena sungguh, kelenjar airmatanya telah mongering

Terganti air kencing

“Selamat menjadi manusia tak berperasaan…!”

Saya suka ini…

 

Jogja, 3 Maret 05

 

 

 

Pernahkah anda mengalami bingung pada tataran konstelasi?

Lalu anda berkeras bahwa stagnasi adalah segalanya

Memutuskan apa yang seharusnya berdosa untuk dilakukan

Maka anda tidak akan berkembang

Anda hanya akan berlari-lari pada kerangka kekerdilan anda sendiri:

Tak pernah berlapang dada atas apa yang maha terbaik untuk anda

Dan ketololan anda semakin menjadi dan mewabah

Atas sikap yang anda perlihatkan

Baiklah, mungkin saat ini anda merasa

Bahwa keputusan yang anda ambil adalah yang mendekati sempurna: dengan dalih memeras otak…

Maka, berpikirkah anda jenis otak apa yang bersarang

Di kepala anda saat ini?   

 

Jogja, 8 Maret 05

 

 

 

 

 

 

Posted in Puisi

Dua – Dua

Aku mencintaimu Rhein:

Kau tahu, butuh seratus hari

Untuk mengatakan ini. Butuh lima puluh tujuh pertimbangan

Tuk ungkapkan perasaan ini

Dan butuh segunung nyali untuk menggerakkan lidah ini

Aku menyayangimu…

Aku hanya butuh jawabmu, karena aku mencintaimu seperti titik

Dan aku hanya butuh kata ‘iya’mu

Jikalau yang terangkai adalah tidak,

Tenang saja: aku akan sangat bahagia tiada kecewa

Karena setidaknya aku berhasil menjadi manusia penuh cinta:

Berhasil mencintaimu apa adanya

Tanpa kecewa dengan ‘tidak’ jawabnya

Aku terus mencintaimu

Entah sampai kapan…

 

Jogja, 25 Des 04

________________________________________________________________________

 

Atas nama cinta:

Aku butuh substansi

Bukan nasi basi yang dikebiri

Aku mau teriak di luar sana

Sudah bosan dengan aturan mereka

Sok ideal dan sempurna

Aku mau bebas lepas

Tak mau terkekang

Aku ingin membangkang

Di tempat berkubang

Diselingi suara sumbang

 

Jogja, 26 Des 04

 

 

 

Persahabatan kita adalah seperti

Untaian tali

Kita berada di tiap ujungnya

Dan jika untaian itu harus lepas

Pasti lenganmulah

Yang tak kuasa menahan ujungnya: bukan lenganku.

 

Jogja, 26 Des 04

 

 

 

Mereka terlalu sibuk dengan urusan dan

Pekerjaannya

Terlalu naïf untuk urusan perut mereka

Sementara aku

Masih berjalan di tempat

Ditarik ulur oleh mereka berempat:

Aku mati

Aku mati

 

Jogja, 1 Januari 05

 

 

 

Putih dan tenang: lugu

Hamparan dalam lumat senyap

Dari atap-atap langit serambi

Meneriakkan ribu getar

Menembakkan juta debar

 

Jogja, 7 January 05

 

 

Ohhhmmmmmmmmmm

Ohmmmmmmm

Ohmmm

Pelan-pelan berhenti satu oktaf

Samar dalam senyap jantung

Beriak khidmat

Nyanyian duka dalam tawamu dan-dan

 

Jogja, 7 Jan 05

 

 

Pertama dalam ujung haru

Didamba dan dipuja selalu

Dalam batin aku hanya mencoba

Dapati satu luka tak kunjung reda

Bait-lah lewat satu dua kisah sedih dan pilu

Zaman-zaman lalui gunung es

Peri cantik hanya geli melirikku

Seorang pemuda tak tampan hanya menunggu lesu

Kepingan harap hanya jadi sembilu

Lereng-lereng terasa jurang yang terjal dan membatu cadas

Semakin kuat dan tak bersahabat

Dulangan itu masih gamang

Masih terbuka untuk hamba sahaya

Masih terbuka

 

 

Jogja 7 jan 05

 

 

 

Centil dan sok seksi

Body gitar ngaku biola

Sedang-sedang saja

Buncit besar menelanjangi nafsu

Bersetubuh kesedihan merobek luka

Membasahi air mata

Meniduri punggung-punggung

Berjalan diatas awan

Pura-pura berjalan

 

 

Jogja 7 jan 05

 

 

 

Hembusan memekak

Dua ibis terbang berarak

Awan hitam lesu perak

Mana langit bumi di bawah

Artinya adalah subuh

Dua duri direnyah tulang

Memicu adrenalin

Memicing mata belasan kedip

Napas sesak

Napas sedak

 

Jogja, 10 January 05

 

 

 

 

Jantungku lapar. Paruku sesak. peluh hydrogen

Epidermis sekarat. Vena-vena kebingunan di jaringan empat tingkat

Ruh salah sasar mewabah dalam kurun waktu tak terhingga.

Denyut jalan lagi. Nyanyi-nyanyi senda gurau.

Dalam buaian kupingmu sayang

Aku hilang lepas berpulang

Lalu selaksa kata terpaut lidah

Loncat senyuman lewati duri najis-najis. Burung mati tempat mengiris.

Di pinggiran kali jiwaku terbenam. Keramasi asmara dalam buai adikku saying.

 

Jogja, 11 January 05

 

 

 

Khatulistiwa mulai melengkung

Bersekat-sekat dalam gugusan rimba

Maya dalam nyata kian gamang

Manusia pendosa tak berpaling jua

Hanya Tuhanlah murka

Mendapat hamba di luar batas

Manusia tersingkir karena kikir. Manusia lemas karena malas. Manusia bengong karena sombong. Manusia takut karena kalut. Manusia hanya menyesal karena bingsal.

Tak tahu apa yang harus diakukan

Mau kemana jasad dibawa lari

Adakah langit di luar sana

Adakah tanah lain di luar kuasa-Nya

Adakah tuhan lain selain-Nya

Maka tanyalah,

Tunggulah azab-Nya

 

Jogja, 11 january 2005

 

 

Hus-hus-hus

Kucingku pergi membawa tikus

Ci cit ci cit cuit

Burung-burung berdendang sedikit

Mbeeeeeeeeeeeeeek

Kambingku membangunkan mak ambek

Arrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrgh

Suara manusia rakus nan laparrrrrrrrrgh

Nayanyian hati bu…dukanya siapa??

 

Jogja, 1 january 05

 

 

Kemarin aku hanya bisa menangis

Kemarin aku hanya bisa tersedan

Sesaat kemudian aku hanya bisa bertahan

Menunggu pertolongan dan tangan Tuhan

Aku menunggu biar berpelan

 

Hari ini aku tekad berjalan

Tertatih walau cuma satu kaki

Mengharap ridho ilahi rabbi

Penyeka duka penghirup dosa

 

Besok aku mau berlari

Menyanyi-nyanyi ayat bersuci

Cukuplah sudah hamba berperih

Tepian sedih oh..berpulanglah

Lagipula hari besokkah ada?

 

Dan lusa lain lagi

Aku mau makan kopi dan terbang

Berjuta kopi di ladang tua

Tinggal menuai aroma saja

Ah sudahlah aku hendak lengang

Hendak pergi dengan dosa ini

Basuh hati tuk Maha Suci

Aku mau bertahan tuk kemudian berlari

Terbanglah tinggi aku.

 

Jogja, 11 januari 05

Posted in Puisi

Puisi: Iman

Seruan malam menjamah pekat

Teruntuk maha pekat haluan sesak

Runtuhan pedih. Gelap nan lumat

Aku serat sarat sekat

Ranah-ranahku lekat

Pekat jiwai sukma

Pelan-pelan

 

Jogja, 16 Okt 04

 

 

Masih berjalan di jalan-Nya

Kemarin, imanku penat

Anjing-anjing di luar sana bernafsu dengan jejakku

Mencoba menggauli tingkahku yang mulai bermakna

Sejenak tergoda dengan gonggongan merdunya,

Dan maha pengasih _Dia masih menuntunku dari

Godaan anjing-anjing tadi…fisabilillah

 

Jogja, 18 Okt 04

 

  
Kemarin dia dating

Hijab itu tengah merevolusinya menjadi

Hamba Allah. Seutuhnya

Semampunya ia mencoba

Itu saja

 

Jogja, 18 Okt 04

 

 

 Hari ini aku kusut lagi

Benar-benar tak bernafsu

Hari ini darahku bingung lagi

Entah kenapa jihad ini terhenti

Padahal sepotong kalimat

Kemarin lumat oleh ayat-Nya

Namun berulang dari tempatnya bermula

Aku bingung, imanku meragu

Bertanya-tanya pada sang tahu

Dan akhirnya aku tahu

Haya aku yang tahu diriku

 

(menemukan ilalang yang sudah lama tak senam)

 

Jogja, 20 Okt 04

 

 
Kemarin aku bebas dari doktrin

Paranoid distubuhi liberalisasi diri

Termaktub dalam imajinasi, dan aku pikir

Berpikir yang membebaskan

Kemarin, aku bermuka dengan aufklarung

Bersinggungan dengan bifurkasi tak berujung

Entah sampai kapan

Kemarin, simulakrumku lenyap

Pengap dalam napas senyap

Aku bebas…lepas

Thanx God

 

Jogja, 23 Okt 04

 

 

 

Kamu itu unik

Seunik pijaran karunang di gelap hari

Lalu maya berlari ke peraduannya

Berharap lelap dalam nyanyi-nyanyi

Kamu itu unik

Seunik dirimu yang kian terusik

 

Jogja, 2 Nov 04

 

  Telah dimulai sore itu

Memutarkan gerobak yang bertumpu di dua lingkaran

Terpampang jelas: jejeran bungkusan-bungkusan

Nasi kucing, sate usus, tahu tempe, kue, dan…dan…

Yang dikuasai kakek jangkung berkacamata hitam

“es the loro, pak!” mampir dua pemuda

Sejurus kemudian jari-jari kakek itu

Menari antara air panas, gula, the, sendok

Gelas, dan sedikit goyangan linggok

“mongo mas,” ujarnya

Sejurus kemudian lidah-lidah tiba-tiba

Berrelaksasi. Seiring kedipan mata-mata lapar

“sampun, pak. Nasi kucing loro, sate usus siji, tahu loro

Tempe telu. Piro iki?” dua pemuda tadi

“Tili ngewu songo ngatus,” ujar sang kakek

Nasi kucig, sate usus, tahu tempe, kue, dan…dan…

Berjejer rapih di atas kotak yang bertumpu di dua lingkran

Bernama lengkap: Angkringan di sore hari depan gelanggang   

 

Jogja, 4 Nov 04

 

 Mereka masih sibuk dengan caranya berjalan

Aku terseok ketika meniti

Sejurus kemudian mereka limbung

Namun, aku tetap sepi

Ketika mereka mencari maya sendiri

Aku mati

Aku mati

Mereka berdiri

 

Jogja, 22 Des 04

 

 

 

Ketika dasar kenaifanmu goncang

Maka otakmu berada di persimpangan

Hitam atau putih yang kau pilih

Tanyalah, saat itu pun

Tendensi otakmu kan berjalan

Di bawah sadar

Saat itulah hati akan berkuasa atas putusmu

Maka kamu akan tahu,

Menang atau kalah teman!

 

Jogja, 22 Des 04

Posted in Komunikasi

Film Horor dan Kebodohan Kita

Most horror movies are certainly that.

~Brendan Francis

Everything is for the eye these days – TV, Life, Look, the movies. Nothing is just for the mind. The next generation will have eyeballs as big as cantaloupes and no brain at all. ~Fred Allen

SATU hari menjelang lebaran di kotaku – Palembang. Setelah berbelanja untuk keperluan pangan lebaran, saya sengaja melewati bilangan Sudirman – kawasan terramai di Kota Pempek ini. Tanpa sengaja menolehkan kepala sembari kedua tangan tetap berpegangan dengan kemudi motor, mata saya tertuju pada baliho besar milik gedung bioskop Cineplex Palembang. Empat baliho yang terpajang tersebut dipenuhi oleh empat poster besar senada: film-film hantu, yaitu Pocong 3, Kuntilanak, Lawangsewu, dan Tusuk Jelangkung 3. Hohoho…tampaknya hasrat horror saya akan terpenuhi sehorror ramainya judul-judul film tadi menghiasi papan baliho gedung bioskop itu. Dan saya, tidak ada pilihan!

Ada apa dengan bangsa ini? Mungkin pertanyaan retoris ini bukan hal baru di dalam dinamika perfilman tanah air. Riuh rendah perkembangan pefilman tanah air jika dilihat secara kuantitatif memang mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Namun, jika kita bebicara film sebagai sebuah karya kompleks yang tidak hanya sekedar gambar bergerak, maka banyak aspek lain yang perlu dikaji. Ada banyak hal yang perlu dikoreksi. Mulai dari aspek cerita, alur, bahkan ide yang terkesan memaksa. Belum lagi jika dilihat aspek teknisnya; pencahayaan, acting, aksesories, hingga artistiknya. Itu baru sampai level pra dan produksi. Jika sampai tahap evaluasi pasca produksi, maka genaplah cecoreng yang menghiasi wajah perfilman nasional. Continue reading “Film Horor dan Kebodohan Kita”

Posted in Komunikasi

Menyoal KPI, PP Penyiaran dan Kebebasan Pers di Indonesia

KETIKA berbicara masalah penyiaran maka tidak terlepas kaitannya dengan bidang keilmuan komunikasi massa. Penyiaran dalam konteks ini tentu saja berkonsekuensi dengan jumlah masa yang besar sebagai khalayaknya. Penyiaran juga merupakan salah satu aspek media dalam tataran ranah publik. Hal ini dikarenakan penyiaran menggunakan gelombang yang merupakan hak orang banyak.

Penggunaan gelombang tersebut tentu saja akan menimbulkan banyak pro dan kontra apabila tidak diimbangi dengan regulasi yang jelas. Maka, untuk kebaikan bersama dan menjaga keseimbangan pelaksanaan hak-hak individu di ruang sosial masyarakat tersebut, penyiaran juga memiliki undang-undang sebagai regulator untuk membatasi bentuk kebebasannya. Undang-undang tersebut berfungsi untuk memberikan oksigen terhadap kebebasan penyiaran. Namun, masalah muncul ketika timbul pertanyaan bagaimana dengan PP yang akan menerapkan kebijakan tersebut dan apa yang menjadi parameter atau batasan kebebasannya?

RPP Penyiaran: Refleksi Kebebasan Pers?

Berdasarkan UU Penyiaran No.32 Th 2002 yang menyebutkan bahwa media dan penyiaran adalah sebagai ranah publik, sehingga intervensi pemerintah dibatasi, maka sebagai penggantinya, terbentuklah semacam komisi yang akan bertugas menangani segala macam urusan yang berhubungan dengan penyiaran yaitu KPI (Komisi Penyiaran Indonesia).

KPI yang dirancang oleh pemerintah sebagai alat regulator justru kini dipertanyakan peran dan fungsinya? Sudah sejauh mana fungsi KPI berperan dalam mewujudkan cita-cita Undang-Undang penyiaran? Seajuh mana keberpihakkan KPI atas kerja-kerjanya? Ataukah KPI justru sama halnya seperti masa orde baru yang hanya sekedar tameng belak? Continue reading “Menyoal KPI, PP Penyiaran dan Kebebasan Pers di Indonesia”

Posted in Umum

Sebuah Dialektika tentang Bangsa

huhu..

semangat bgt jawabnya..mpe ukuran fontnya juga segede gambreng..hehehe. .

iya, emng gitu nita kondisi bangsa kita saat ini. negara yang paling miskin dan juga paling konsumtf..ironis bgt kan…sementara harkat martabat kita diinjak2 malaysia, pada waktu itu juga generasi muda kita pada gak peduli dan lebih memilih seneng2 doank..

coba liat gerakan mahsiswa?? mana ada sekeren angkatan 98 pas reformasi dulu..semuanya pada pragmatis secara biaya pendidikan mahal.

jadi, temen2 mahasiswa pada mau cepet lulus dan ogah gabung di organisasi kemahasiswaan yang sebetulnya daapat menanamkan sikap nasionalisme dan kebangsaan.

apa mereka gak malu negara kita di cap negara TKI, negara terkorup, negara banyak utang, negara rawan bencana, apa lagi????

gw sedih bgt..sumpah, sementara kita menyerah pada keadaan?????

NO!!!!

pernah satu kali gw ke Bangkok, Thailand..udah deh, mereka pada nanyain ttg terorisme..mereka dari kecil tuh udah diajarin kalo Islam itu teroris..butuh perjuangan untuk menjelaskan kondisi bangsa kita yang sebenernya..

dalam ati gw nangis..sebegitu parahkah imej Indonesia???

kita harus membuat bangsa ini maju..mensejajarkan dengan negara2 maju lainnya di dunia..

Malaysia aja yang konon katanya belajar dari Indonesia, hanya butuh waktu 30 tahun untuk bangkit!!

ini bukan permasalahan luas wilayah kita yang begitu besar..tapi ini permasalahan moral!!! moral bangsa kita yang kadung disetting oleh founding fatrher untuk menjadi bangsa yang kerdil!!

coba, pernahkah kita berpikir ttg sejarah kita sampai sedetil2nya? ? berapa luas wilayah kita saat ini? Sipadan dan ligitan aja taunya pas ada konflik..selat ambalat aja taunya pas ada konflik..negara kita lupa sejarah Nit!!

Continue reading “Sebuah Dialektika tentang Bangsa”