Posted in Diary

Koherenitas Hati, Naluri, dan Emosi

IYA IYA .. saya tahu sodara kangen. Udah sih biasa aja. Toh cuma empat bulan ini blog saya mati suri. Dan sodara masih bisa apdet tentang saya lewat twitter kok. Iya twitter ini.. di sini.. di @defickry.

*udah mau muntah belum?* =)))) *cegat ojek*

————————————————————————————-

Tiada apologi atas waktu yang diam diam mencuri sedikit hidup saya. Berjuta cerita segenap labirinnya lengkap mewarnai empat bulan terakhir ini. Entah itu cerita kantor, dinamika mahasiswa asing – beserta kecerdasan berikut ketidakbecusannya, atau kondisi iman yang saya akui semakin mengendur saja. Belum lagi romantisme pertemanan maya yang memang menggoda itu. Ah.. jika saya untaikan lewat tulisan, tak cukup kiranya perbendaharaan kata mengurai runutnya. #apasih *twitteraddict pake hastag*

Keriangan yang membuncah tentu tak sempurna tanpa sepasang mata yang memeras kelenjar. Artinya, dua terminologi sedih dan bahagia adalah sesuatu yang mutlak. Sepakat. Saling mengikat berkelidan. Tak ada ruang dan celah yang mengantara. Continue reading “Koherenitas Hati, Naluri, dan Emosi”