Posted in Diary, Komunikasi, Press

Social Media and Aggressive Behavior: Case Study Analysis on Cyberbullying Among Adolescents

Bullying on the InternetRecently, a Canadian online newspaper reported that two brothers have been jailed for 16 months due to the cyberbullying and sexual exploitation of a 14-year old girl[1]. The cyberbullying had a great impact on the girl over a long period of time. After being victimized for 10 months, the girl still feels frightened and demonstrates symptoms of extreme anxiety. Additionally, last year, two American girls were arrested in relation to the death of a 12-year-old girl who committed suicide after being bullied online for months[2]. Those two girls allegedly sent the victim messages on Facebook calling her ugly.

The two cases above are examples of cyberbullying among adolescents. Cyberbullying has been shown to be a serious concern due to the mental distress and psychological harm it causes (Strasburger et al., 2013). As the concern also relates to social media use among adolescents, it is debatable if social media contribute to bullying behavior among adolescents. Bullying itself is defined as aggressive behavior that is intended to repeatedly hurt an individual who cannot defend her/himself both in physical or non-physical forms (Olweus, 2012).

However, social media enthusiasts who perceive social media as a new tool believe that social media benefit adolescents. They argue that bullying behavior among adolescents has nothing to do with social media. Studies conducted by Valkenburg et al (2006) and Smith et al (2008) found that the use of social media among adolescents positively correlates with self-esteem. Adolescents who have positive face-to-face relationships view interaction in social media as a reflection of the offline relationships and use social media as an additional venue to communicate. Therefore one should be wary of drawing the conclusion that social media contribute to bullying behavior among adolescents. Continue reading “Social Media and Aggressive Behavior: Case Study Analysis on Cyberbullying Among Adolescents”

Posted in Diary, Komunikasi, Umum

National Blogger Day

965799_10152870648670514_1149853440_oI’ve been blogging since June 2007 right after one of my best friends back home taught me how to create one. At first, alike most newbies, I didn’t even know what to write and what to tell. However, since I was studying communication science and has a lot of writing assignments, I basically just uploaded all those stuff on my blog, lol. To be honest, I was quite happy because many people came to my blog even just for the sake of copying my writings (about communication science). I’m happy to share and I don’t give a shit whether they’re gonna put my name on the reference list or not.

And today is the national day of blogger in Indonesia. And it’s already 7 years in total of my existence in Indonesia blogsphere. It’s not easy to maintain consistency to keep writing on regular basis. In early years, I used to update my blog at least once a week. Back then there was no twitter, no hype of facebook and bla bla bla. Visiting blogs used to kinda my favorite activity every night. Commenting and knowing the authors were such lovely enjoyment for me. Continue reading “National Blogger Day”

Posted in Diary, Event, Komunikasi, Umum

Peduli Kesehatan Guru

@1000_guruSAYA kira kita semua sepakat bahwa masing-masing dari kita pasti punya guru idola. Guru yang kita sanjung dan sayangi setengah mati. Sosok yang menjadi panutan serta mereka yang selalu siap sedia membantu kita untuk maju dan bertumbuh. Salahsatu guru yang saya masih ingat betul adalah Pak Endar. Beliau khusus mengajar kelas 5 dan kelas 6 SD di salah satu Madrasah swasta di Palembang. Beliau mengayuh sepeda dari rumah ke sekolah demi mengajar pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia dan pelajaran sosial lainnya. You know lah kalau sebagian besar guru-guru SD saat itu mengajar hampir semua mata pelajaran. Luar biasa!

Dengan tubuh kurus kerempeng di balik kacamata minus itu, Pak Endar dengan setia mengajar ratusan dari kami setiap harinya. Selain mengajar dan menghadapi bandelnya anak-anak di sekolah, tak lupa bahwa Pak Endar juga adalah sosok seorang kepala keluarga di rumah. Tanggung jawab beliau sebagai suami sekaligus bapak tentu bukan hal yang mudah untuk dijalani. Apalagi bagi seorang pengajar, jam bersama keluarga turut dialokasikan untuk menyiapkan bahan ajar keesokan harinya. Continue reading “Peduli Kesehatan Guru”

Posted in Diary, Komunikasi, Netherland, Travel

Yes, I’m in Holland!

552654_10152164400368399_274824161_nTHE terrible winter was welcoming me when I arrived at Schipol Airport, Amsterdam, last Sunday. It took about 18-hour flight from Jakarta to Amsterdam. A little bit drama occurred shortly before our aircraft take off due to hard rain in Jakarta. And off course, it caused an hour delay in Cengkareng and we were like zombie in the aircraft while waiting for the best time to fly. Continue reading “Yes, I’m in Holland!”

Posted in Diary, Event, Komunikasi, Press, Resensi, Teknologi

AndroidNation: Pengalaman Total bagi Penikmat Hidangan Penutup

ImagePEKENALAN saya dengan teknologi robot hijau Andorid, bisa dibilang adalah buah dari “kemerasa-minderan” saya atas beberapa kemajuan teknologi komunikasi yang marak beberapa tahun belakangan ini. Revolusi teknologi komunikasi mobile yang semakin maju seperti Java, Symbian, iOS, Blackberry hingga Android, adalah hal yang tidak dapat dihindari. Sebagai blogger, tentu ada hal yang harus saya kejar seiring perkembangan tersebut. Nah salah satunya adalah ikut tercebur dan menggunakan mobile berbasis Android sejak 2 tahun yang lalu. Maka HTC Hero adalah ponsel android pertama yang saya nikahi.

Selain memiliki kemampuan untuk dioprek oleh siapapun, teknologi Android ini memiliki basis komunitas yang luar biasa. Sifatnya yang open source tentu memberikan kesempatan kepada semua orang untuk berkontribusi dalam mengembangkan berbagai aplikasi. Setelah bergabung di komunitas ID Android, bersama rekan-rekan saya di Jogja (dulu), kami kemudian membangun komunitas Jogjadroid! Selain dapat berdiskusi melalui mailing list, aktivitas semacam kopdar mingguan dan bulanan pun kerap dilakukan. Continue reading “AndroidNation: Pengalaman Total bagi Penikmat Hidangan Penutup”

Posted in Komunikasi

Final Thesis

Finally, i got it yesterday. After reading several books and exploring various topics regarding my plan to write thesis, i finally got the title.

Actually, i’ve already submitted my topic on August 2007 entitled “Communication strategies of NGO American Friend Service Committee in Delivering Peace Values to Jogja Society.” Wew..it was a year ago. Yeah, for 6 months (August-Dec 2007) i did nothing for that title. I lost my feeling to write, while i was working as part time Tour Leader at one of Travel Agent in Jogja. So i went around Bali, Jogja, Jakarta, and surrounds for the second semester last year. I definitely got the joy and money.

Then, after that, i got the scholarship for studying overseas in Canberra, Australia for 6 months as well (Feb-July 2008). Perfectly, I haven’t been studying for 1 year. Hahaha… it was awesome!!! 😛

Now I have to start again. I have to collect much energy to begin writing the thesis. It is the third title. Actually i have many choices, but yeah.. i loss my idealism to write the best thing i can. C’mon guys…now is my fifth year..haha… thus, i’m now pragmatist as student. I will write anything which can encourage me to graduate as soon as possible.

Now, I’m going to write about Public Relations Activities in Fund raising at Non-Government Organization. It’s such a case study. Huh…. wish me luck guys!!! 🙂

Bismillah.

Posted in Komunikasi

Skripsi

Maafkan saya sodara-sodara…

Udah hampir sebulan blog ini gak dijamah..hiks hiks…

Sepulang dari Aussie pikiranku langsung dipaksa alihkan dg topik skripsi yg harus segera selesai…

I’m gonna write about movie…

Jika ada sodara-sodara yg punya buku2 ato referensi pliiiiiiiiiizzzz let me know.. 🙂

Analisis Wacana dan Analisis Semiotik…

Posted in Komunikasi

Hibridisasi Konsep Orality dan Literacy

Hibridisasi Konsep Orality dan Literacy

dalam Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan

Gerakan Pramuka Indonesia

(dalam proses pembinaan pramuka usia siaga 7-10 tahun)

Latar belakang

Sebagai makhluk sosial manusia tidak terlepas dari hubungannya dengan manusia lainnya. Apa yang ia lakukan dan apa yang sampaikan akan selalu bersinggungan dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. Pelbagai kebutuhan pokok, misalnya, makan, minum, berpakaian, mencari pekerjaan, dan lain-lain. Kesemua kebutuhan tersebut akan dan hanya akan terpenuhi jika ia melakukan transaksi dan komunikasi dengan manusia lainnya.

Komunikasi dan transaksi yang terjalin tersebut lebih dikarenakan aspek primer yang menjadi hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Untuk memenuhi kebutuhannya tersebut, ia membutuhkan bantuan orang lain. Berangkat dari sifat dasar manusia dalam hal pemenuhan kebutuhan inilah kebutuhan untuk berkomunikasi pun harus digenapi.

Kebutuhan komunikasi ini dibangun dan dikonstruksi serta mengalami internalisasi sejak kecil. Ketika mengalami fase bayi atau balita, seyogyanya seorang anak telah mendapat pelajaran komunikasi oleh kedua orangtuanya. Bagaimana cara mengucapkan huruf, bagaimana memanggil “mama’, atau bagaimana instruksi lapar maupun marah. Menariknya, anak-anak memiliki kemampuan mengingat jauh lebih besar dari orang dewasa, hal ini karena memori anak-anak masih kosong dan belum terdistrosi oleh memori atau pengalaman-pengalamannya di dunia.

Gerakan pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang diakui oleh Negara Republik Indonesa (berdasar Kepres No. 283 Th 1961) memiliki tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Gerakan Pramuka juga memiliki posisi strategis mengingat Pramuka adalah kegiatan pendidikan nonformal di luar sekolah. Hal inilah yang kemudian menjadikan pramuka berguna dan berjasa besar menjadi media pembelajaran anak-anak.

Bagaimana Pramuka menerapkan metode pendidikannya kepada anak didik usia siaga (sekira kelas 1 s.d kelas 4 SD)? Bagaimana konsep learning by doing yang juga merupakan konsep orality dan literacy diterapkan? Di sini tampak jelas terjadinya proses hibridisasi antara kedua konsep tersebut. Hal ini dikarenakan pramuka memiliki metode pembelajaran yang menyentuh dan menggunakan multi indera. Misalnya pembelajaran sandi-sandi dan tanda arah. Selain itu proses pengenalan dan pendidikan nasionalisme pun tidak melulu diajarkan secara konvensional tetapi menggunakan game dan lagu-lagu. Continue reading “Hibridisasi Konsep Orality dan Literacy”

Posted in Komunikasi

Umpan Balik: Unsur Penentu Keberhasilan Komunikasi

Komunikasi merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Komunikasi yang baik tentunya akan menciptakan hubungan yang harmonis antarsesama. Keberhasilan komunikasi ini bila ditinjau dari segi keilmuan, maka dapat ditelaah berdasarkan unrsur-unsur yang ada di dalamnya, yaitu komunikator, pesan, media, komunikan, dan umpan balik. Kelima unsur yang merupakan hasil kajian Harold Laswell ini saling berkaitan dan mempengaruhi. Di antara kelima unsur ini, umpan balik merupakan unsur yang paling penting dalam menentukan keberhasilan komunikasi.

Keberhasilan komunikasi bisa dilihat dari tujuannya: tercapai atau tidak. Selain itu, sebelum melakukan komunikasi, kita harus mengetahui siapa sasaran kita. Dalam hal ini, komunikator memainkan peranan penting dalam komunikasi. Tujuan dari pesan itu sendiri harus disesuaikan dengan jenis pesan yang akan disampaikan. Apakah hanya supaya  komunikan megetahui (metode informative) atau komunikan melakukan tindakan tertentu (persuasif atau instruktif). Continue reading “Umpan Balik: Unsur Penentu Keberhasilan Komunikasi”

Posted in Komunikasi

Keroncong: Menakar Budaya Menentang Modernitas

Today the world changes so quickly that in growing up we take leave
not just of youth but of the world we were young in.
~Peter Medawar

When my daughter was about seven years old, she asked me one day what I did at work. I told her I worked at the college – that my job was to teach people how to draw. She stared at me, incredulous, and said, “You mean they forget?” ~Howard Ikemoto
KETIKA berbicara tentang budaya maka konteks yang berkembang dalam pembicaraan tersebut adalah komparasi anatar dua variabel. Yaitu budaya dulu dan budaya sekarang dengan memperhatikan kondisi kedisinian dan kekinian. Kedua variabel tersebut pada satu sisi waktu mengalami akselerasi perubahan yang cukup signifikan. Baik materi, kemasan, bahkan tujuan dari budaya itu sendiri. Bahkan, komponen-kompenen yang terlibat dalam proses kreatif kebudayaan terbut juga mengalami proses itu.
Musik keroncong yang dijadikan tema besar dalam berita televisi yang diproduksi oleh salah satu kelompok mahasiswa Ilmu Komunikasi UGM tahun 2006 lalu juga merupakan bagian dari budaya. Keroncong adalah hasil dari proses kreatif mereka dalam menciptakan, mengemas, dan mempertunjukkannya. Bahkan hasil itu sendiri adalah proses yang dimaksud. Namun, tulisan ini tidak akan membahas keroncong sebagai sebuah produk budaya yang tertinggal seperti maksud dari berita tersebut. Tapi tulisan ini akan menyoroti teknis produksi, kemasan, editing, dan kesesuaian tema dengan prinsip-prinsip jurnalisme penyiaran. Continue reading “Keroncong: Menakar Budaya Menentang Modernitas”

Posted in Komunikasi

Jurnalisme Infotainment: Antara Etika dan Fakta

Jurnalisme Infotainment

Infotainment tumbuh dan mulai menguasai tayangan televisi Indonesia menggantikan arena gosip yang pernah marak. Sepintas memang tidak berbeda gosip dan infotainment. Bedanya, infotainment merupakan gosip yang dibuat melalui penelusuran atau investigasi. Dikaitkan dengan jurnalisme, tampaknya infotainmen merupakan spesifikasi baru. Lahir di Indonesia setelah dipromosikannya investigatif reporting yakni jurnalisme yang menganut paham pendalaman. Berita investigasi merupakan berita lengkap dari sebuah peristiwa sebagai hasil penelusuran wartawan. Biasanya berkaitan dengan korupsi. Karena itu tanpa pengetahuan jurnalistik yang memadai, investigation reporting bisa menghasilkan berita prasangka, berita yang mungkin saja melanggar asas praduga tak bersalah. Berita seperti itu diharamkan oleh Kode Etik Jurnalistik di (KEJ) dan Kode Etik Wartawan (KEWI).
Sedangkan infotainment merupakan analog dari entertainmen yang bobotnya memang lebih ke arah hiburan. Biasanya berupa tayangan atau pemuatan tulisan/informasi yang berkaitan dengan kehidupan pribadi orang terkenal. Di negara Barat, terutama Inggris, hal itu biasa dilakukan koran kuning berbentuk tabloid. Justru berita eksklusif dari balik tembok istana itulah yang menjadi ciri khas tabloid. Di Indonesia dominasinya dipegang televisi. Continue reading “Jurnalisme Infotainment: Antara Etika dan Fakta”

Posted in Komunikasi

Kebutuhan Praktis Amerika terhadap Ilmu Komunikasi

Kebutuhan praktis Amerika terhadap studi komunikasi telah dimulai ketika pembentukan atau penyatuan Amerika menjadi Negara federal. Dalam sejarah Amerika modern disebutkan bahwa contoh bentuk komunikasi yang berperan dalam integrasi Amerika antara lain diterbitkannya The North American Review pada tahun 1815 di bawah pimpinan Jared Sparks. Majalah ini menempati kedudukan yang awet dalam perkembangan kebudayaan bangsa.

Kebutuhan Praktis di Masa Lalu
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi, peradaban Amerika yang sedemikian maju juga tidak terlepas dari sejarah “Perang Saudara” yang pecah tanggal 12 April 1861. Kebutuhan perang telah banyak sekali merangsang usaha perbaikan barang dan proses ekonomi. Pada tahun-tahun sebelum 1860, ada 36.000 paten yang dikeluarkan, dalam 30 tahun berikutnya, ada 440.000 paten, dan selama 25 tahun pertama abad ke-20, jumlah tersebut telah mencapai hampir satu juta. Tahun 1844, Samuel F. B Morse berhasil menyempurnakan telegraf listrik, dan segera setelah itu pelosok-pelosok yang saling berjauhan letaknya di seluruh benua dihubungkan oleh jaringan tiang dan kawat. Pada tahun 1876, Alexander Graham Bell memperagakan alat telepon, dan dalam satu abad, enam belas juta telepon mempercepat hidup sosial dan ekonomi negara.
Kebutuhan akan teknologi komunikasi yang berdampak pada pertumbuhan dunia bisnis di Amerika secara tidak langsung telah menjadi sarana bagi perkembangan ilmu komunikasi itu sendiri. Mesin cetak rotary press dan alat melipat kertas memungkinkan untuk mencetak 240.000 surat kabar delapan halaman dalam waktu satu jam. Perkembangan teknologi komunikasi itu sendiri juga ditandai dengan disempurnakannya mesin bicara oleh Thomas Alfa Edison yang bekerja sama dengan George Eastman dalam menciptakan gambar hidup. Menjelang abad ke-19 kamera mulai mencatat sejarah, mengabadikan dengan gambar apa yang ditulis oleh orang lain ketika penduduk negeri bergerak berpindah ke Barat dalam jumlah yang semakin besar untuk membangun kota-kota yang luas, mengusahakan pertanian, dan lain-lain. Continue reading “Kebutuhan Praktis Amerika terhadap Ilmu Komunikasi”

Posted in Komunikasi

Study Kritis Praktik Kehumasan

 

Saya Lebih Memilih Pedang daripada Harus Berhadapan dengan Pers

-Napoleon Bonaparte-

 

HUMAS merupakan ujung tombak di setiap lembaga, institusi, organisasi, maupun perusahaan. Lembaga yang memiliki citra baik di mata masyarakat tentu memiliki humas yang baik pula. Karena di tangan humaslah segala macam informasi datang dan pergi. Melalui pintu gerbang ini setiap detil informasi bertandang silih berganti. Pun demikian dengan institusi, organisasi, maupun perusahaan. Nah, untuk contoh terakhirlah tulisan ini akan bercerita.

PT Freeport sebagai salah satu perusahaan besar tanah air kini tengah dililit masalah. Pelbagai tudingan disodorkan lewat aneka media. Mulai dari cetak, elektronik, hingga interaktif. Berikut akan dibahas permasalahannya:

 

Tanggung Jawab Sosial Humas PT Freeport

SEBAGAI perusahaan besar PT Freeport tentunya memakan dana operasional yang tidak sedikit. Banyak pos-pos pemasukan berikut pengeluaran yang juga varian. Untuk mengimbangi hubungan antara kerja-kerja perusahaan dengan kondisi sosial masyarakat sekitar, PT Freeport (harus) bertanggung jawab atas kehidupan sosial masyarakat (sekitar). Ini dilakukan mengingat PT Freeport secara kultural telah ‘memanfaatkan’ bumi mereka (baca: masyarakat Papua).

Namun, beberapa kasus yang belakangan muncul ke permukaan mengindikasikan betapa buruknya kinerja humas di sana. Terlepas benar atau tidak fakta di lapangan, toh tetap saja humas PT Freeport tidak berhasil meng-counter isu yang telah terwacana tersebut. Isu lingkungan berikut impak sosialnya telah membentuk citra miring terhadap perusahaan besar itu. Dari sini, tanggung jawab sosial perusahaan patut dipertanyakan. Continue reading “Study Kritis Praktik Kehumasan”

Posted in Komunikasi, Resensi

Review Film “Janji Joni”

Selama ini kita hanya bisa duduk manis di bioskop dan menikmati setiap scene film. Selama ini kita hanya bisa menuntut film yang ingin kita tonton diputar tepat waktu. Tapi pernahkah kita membayangkan perjuangan seorang pengantar rol film yang akan kita tonton menghadapi halangan dan rintangan hanya untuk memenuhi keinginan-keinginan kita?

SETELAH sukses dengan film Arisan!, Nia Di Nata dan Joko Anwar tampaknya ketagihan untuk menumpuk berbagai penghargaan di bidang film. Janji Joni yang diluncurkan ke pasaran beberapa bulan lalu merupakan film Joko Anwar dengan Nia Di Nata sebagai produsernya. Dengan di-syut medium film seluloid 35 mm dan hanya menghabiskan masa syuting 20 hari pada bulan Januari 2005, film yang diproduksi oleh Kalyana Shira Film ini cukup sukses menyabet berbagai penghargaan.

Narasi

SECARA umum film ini bercerita tentang anak muda berusia 22 tahun bernama Joni (Nicholas Saputra). Dia bekerja sebagai pengantar rol film (day and date) dari bioskop satu ke bioskop lainnya. Suatu waktu ia melihat penonton wanita yang sangat mempesonanya yang belakangan diketahui bernama Angelique (Maria Renata). Ia ingin berkenalan dan mengetahui nama wanita tersebut tanpa mempedulikan cowok yang berada di samping wanita itu (Otto, Surya Saputra).

Namun, wanita tersebut hanya mau memberi tahu namanya bila Joni dapat memenuhi janjinya untuk mengantar rol film yang akan ia tonton tepat waktu. Dikira mudah, dengan pertimbangan selama setahun belakang ia tidak pernah terlambat, Joni mengamini persyaratannya. Nah, cerita mulai seru ketika diperlihatkan bagaimana perjuangan Joni untuk memenuhi janjinya tersebut. Lingkungan di sekitarnya seolah-olah berkonspirasi untuk membuatnya terlambat menepati janji.

Continue reading “Review Film “Janji Joni””

Posted in Komunikasi, Resensi

Review Buku “Becoming White: Representasi Ras, Kelas, Feminitas, dan Globalisasi dalam Iklan Sabun”

 

Berbicara tentang perempuan tidak terlepas dari penampilan fisiknya. Segala bentuk interpretasi dari tubuh perempuan merupakan perbincangan yang tak pernah bertepi. Pelbagai tema kerap muncul di setiap perdebatan. Mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki.

 

Kecenderungan seseorang untuk menemukan kekurangan pada dirinya adalah sesuatu hal yang sangat memungkinkan. Artinya, seseorang akan (melulu) melihat dirinya serba kekurangan. Fenomena inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh kalangan pembuat iklan untuk memasuki wilayah bawah sadar seseorang. Pelbagai produk perawatan tubuh ditawarkan untuk mengeliminir kekurangan-kekurangan itu. Sehingga memang benar jika berbicara tentang tubuh perempuan, tidak terlepas dari perdebatan ragam rekayasa citra.

Dalam buku yang berjudul Becoming White: Representasi Ras, Kelas, Feminitas, dan Globalisasi dalam Iklan Sabun ini, penulis, Aquarini Priyatna Prabasmoro, ingin menjelaskan bahwa sebetulnya citra akan permainan tubuh merupakan sebuah permainan yang rapi dan terancang amat baik. Dalam konteks ini, pembuat iklan-lah yang menjadi dalang utama. Pelbagai janji ditawarkan lewat iklan yang ia rancang. Mulai dari permainan kata, hingga visual/gambar. Salah satu iklan yang menjanjikan keidealan tubuh tersebut adalah iklan sabun.

Iklan sabun yang menawarkan perubahan warna kulit, tekstur, dan sebagainya itu membuat wanita (calon konsumen yang menonton iklan) menjadi tertarik untuk menggunakan produk sabun tersebut. Kulit yang halus, putih, bersih, dan wangi adalah impian setiap wanita (Indonesia). Sehingga wanita Indonesia di-setting sedemikian rupa untuk ikut menggunakan produk sabun supaya impian-impiannya tercapai. Continue reading “Review Buku “Becoming White: Representasi Ras, Kelas, Feminitas, dan Globalisasi dalam Iklan Sabun””

Posted in Komunikasi

Teknologi Komunikasi dan Sosial Budaya

     Teknologi digital berkembang sedemikian pesatnya. Berbagai temuan dan perkembangan IT yang tidak pernah terbayangkan oleh generasi sebelumnya kini berada di depan mata. Kemajuan teknologi jarak jauh seperti PDA, telepon selular, komputer, kamera, yang semuanya telah dapat memanfaatkan teknologi internet membuat kehidupan manusia menjadi lebih mudah sehingga tak ada lagi jarak pembatas di bumi ini. Semuanya dapat dijangkau tanpa harus berada di tempat yang dikehendaki.

Kemajuan teknologi digital ini pun besar pengaruhnya terhadap media penyiaran. Segala aspek kehidupan manusia di bidang ekonomi, sosial, dan budaya turut terkena imbasnya. Inovasi dan penemuan teknologi merupakan titik tolak bagi perkembangan media penyiaran.

Kemampuan teknologi jarak jauh memungkinkan sistem media penyiaran lebih mudah dalam mentransmisi pesan-pesannya kepada audiens. Perkembangan TV kabel memungkinkan pihak televisi tidak perlu membuang milyaran rupiah hanya untuk membangun tiang-tiang pemancar di pelosok-pelosok desa. TV kabel memungkinkan audiens dapat mengakses siaran melalui internet. Hal in tentunya dapat menekan cost production televisi tersebut.

Continue reading “Teknologi Komunikasi dan Sosial Budaya”

Posted in Komunikasi

Film Horor dan Kebodohan Kita

Most horror movies are certainly that.

~Brendan Francis

Everything is for the eye these days – TV, Life, Look, the movies. Nothing is just for the mind. The next generation will have eyeballs as big as cantaloupes and no brain at all. ~Fred Allen

SATU hari menjelang lebaran di kotaku – Palembang. Setelah berbelanja untuk keperluan pangan lebaran, saya sengaja melewati bilangan Sudirman – kawasan terramai di Kota Pempek ini. Tanpa sengaja menolehkan kepala sembari kedua tangan tetap berpegangan dengan kemudi motor, mata saya tertuju pada baliho besar milik gedung bioskop Cineplex Palembang. Empat baliho yang terpajang tersebut dipenuhi oleh empat poster besar senada: film-film hantu, yaitu Pocong 3, Kuntilanak, Lawangsewu, dan Tusuk Jelangkung 3. Hohoho…tampaknya hasrat horror saya akan terpenuhi sehorror ramainya judul-judul film tadi menghiasi papan baliho gedung bioskop itu. Dan saya, tidak ada pilihan!

Ada apa dengan bangsa ini? Mungkin pertanyaan retoris ini bukan hal baru di dalam dinamika perfilman tanah air. Riuh rendah perkembangan pefilman tanah air jika dilihat secara kuantitatif memang mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Namun, jika kita bebicara film sebagai sebuah karya kompleks yang tidak hanya sekedar gambar bergerak, maka banyak aspek lain yang perlu dikaji. Ada banyak hal yang perlu dikoreksi. Mulai dari aspek cerita, alur, bahkan ide yang terkesan memaksa. Belum lagi jika dilihat aspek teknisnya; pencahayaan, acting, aksesories, hingga artistiknya. Itu baru sampai level pra dan produksi. Jika sampai tahap evaluasi pasca produksi, maka genaplah cecoreng yang menghiasi wajah perfilman nasional. Continue reading “Film Horor dan Kebodohan Kita”

Posted in Komunikasi

Menyoal KPI, PP Penyiaran dan Kebebasan Pers di Indonesia

KETIKA berbicara masalah penyiaran maka tidak terlepas kaitannya dengan bidang keilmuan komunikasi massa. Penyiaran dalam konteks ini tentu saja berkonsekuensi dengan jumlah masa yang besar sebagai khalayaknya. Penyiaran juga merupakan salah satu aspek media dalam tataran ranah publik. Hal ini dikarenakan penyiaran menggunakan gelombang yang merupakan hak orang banyak.

Penggunaan gelombang tersebut tentu saja akan menimbulkan banyak pro dan kontra apabila tidak diimbangi dengan regulasi yang jelas. Maka, untuk kebaikan bersama dan menjaga keseimbangan pelaksanaan hak-hak individu di ruang sosial masyarakat tersebut, penyiaran juga memiliki undang-undang sebagai regulator untuk membatasi bentuk kebebasannya. Undang-undang tersebut berfungsi untuk memberikan oksigen terhadap kebebasan penyiaran. Namun, masalah muncul ketika timbul pertanyaan bagaimana dengan PP yang akan menerapkan kebijakan tersebut dan apa yang menjadi parameter atau batasan kebebasannya?

RPP Penyiaran: Refleksi Kebebasan Pers?

Berdasarkan UU Penyiaran No.32 Th 2002 yang menyebutkan bahwa media dan penyiaran adalah sebagai ranah publik, sehingga intervensi pemerintah dibatasi, maka sebagai penggantinya, terbentuklah semacam komisi yang akan bertugas menangani segala macam urusan yang berhubungan dengan penyiaran yaitu KPI (Komisi Penyiaran Indonesia).

KPI yang dirancang oleh pemerintah sebagai alat regulator justru kini dipertanyakan peran dan fungsinya? Sudah sejauh mana fungsi KPI berperan dalam mewujudkan cita-cita Undang-Undang penyiaran? Seajuh mana keberpihakkan KPI atas kerja-kerjanya? Ataukah KPI justru sama halnya seperti masa orde baru yang hanya sekedar tameng belak? Continue reading “Menyoal KPI, PP Penyiaran dan Kebebasan Pers di Indonesia”

Posted in Komunikasi

Ego dan Alter

Konsep Ego dan Alter dalam Memilih Distro

 

Generasi kita lahir, berkembang, dan dewasa dalam kejayaan media hiburan. Banyak sebutan untuk generasi muda masa ini, seperti generasi MTV,generasi X, generasi Biru, dll. Disebutkan juga dalam Jurnal Populer SKM UGM Bulaksumur Pos (Telisik, edisi 2, 2004) bahwa generasi ini telah menjadi sasaran empuk pemasaran kontemporer, termasuk di dalamnya distro (distribution outlet), yaitu produk fashion anak muda.

Melihat fenomena muncul dan berkembangnya distro di kalangan mahasiswa tentunya akan menarik tatkala dilihat dari segi motif dan latar belakangnya. Dalam hal ini kita akan mengkaji konsep ego dan alter. Yaitu pemenuhan atas kehendak pribadi dan orang lain yang berada di sekitarnya.

Motif pemilihan produk distro sebagai suatu pilihan anak muda bisa dikaitkan dengan konsep yang dikemukakan oleh Alia Swastika, seorang penulis muda Newsletter Kunci, bahwa media massa dan industri menciptakan kebutuhan anak muda demi kepentingan pasar yang dikampanyekan sebagai cara bagi anak-anak muda untuk keluar dari identitas yang diinginkan orang tua. Jadi, konsumsi mahasiswa terhadap produk distro banyak dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi yang dirangkum Bourdieau sebagai perbedaan kelas sosial serta keinginan untuk merepresentasikan diri dan memiliki identitas yang berbeda dari orang lain. Inilah ego yang mereka miliki – menunjukkan eksistensi. Continue reading “Ego dan Alter”

Posted in Komunikasi

Public Meaning

 

Perbedaan pokok makna publik (public meaning) dalam masyarakat dengan nilai otoritarianisme dengan libertarianisme

Makna publik (public meaning) yang berarti kebenaran umum di masyarakat memandang bahwa nilai otoritarianisme dan libertarianisme termasuk ke dalam penjelasan teori normatif.

Otoritarianisme

      Otoritarianisme dimaknai sebagai paham yang menjelaskan bahwa hakikat manusia merupakan kolektivitas, sehingga tidak dibenarkan adanya hak-hak individu. Masyarakat tidak perlu susah payah berpikir, sebab sudah ada aturan dalam sistem yang telah dibuat oleh kekuasaan yang berasal dari luar masyarakat tersebut. Masyarakat hanya menjalankan apa yang telah dibuat oleh kekuasaan yang sakral.

      Sumber kebenaran yang dianut paham ini adalah normatif ideologis. Ia berada di luar kekuasaan manusia sehingga kebenarannya bersifat mutlak, absolut, dan tidak dapat diverifikasi. Jika realitas tidak sesuai dengan nilai yang dirumuskan penguasa, maka realitas yang dianggap salah. Otoitarianisme tidak menganut prinsip binary, selalu ada ordinat dan sub-ordinat.

      Libertarianisme

       

      Libertarianisme dimaknai sebagai paham yang menjelaskan kesetaraan atau binary. Masyarakat diakui memiliki hak-hak pembebasan atas dirinya sendiri. Setiap orang berhak melakukan sesuatu. Sehingga tidak ada intervensi begitu besar dari penguasa. Continue reading “Public Meaning”

      Posted in Komunikasi

      Teori Etnosentrisme

       

       

       

      Masyarakat majemuk yang memiliki latarkebudayaan yang berbeda akan selalu menghadapi masalah etnosentrisme. Perbedaan itu merupakan akibat dari perbedaan folkways yang dimiliki. Keberbedaan ini dapat memicu adanya perpecahan yang mengarah ke disintegrasi antarbudaya. Hal inilah yang kemudian dirasa perlu untuk mempelajari lebih dalam tentang makna-makna yang sama dalam memahami setiap pesan dalam komunikasi antarbudaya.

      Konteks Historis

      Istilah antarbudaya pertama kali diperkenalkan oleh Edward T.Hall pada tahun 1959 dalam bukunya The Silent Language. Perbedaan antarbudaya dalam berkomunikasi baru dijelaskan oleh David K. Berlo (1960) melalui bukunya The Process of Communication (an introduction to theory and practice). Barlo (1960) menggambarkan proses komunikasi dalam model yang diciptakannya. Menurutnya, komunikasi akan tercapai jika kita memperhatikan faktor-faktor SMCR (Sources, Message, Channel, and Receiver). Antara sources dengan receiver yang diperhatikan adalah kemampuan berkomunikasi, sikap, pengetahuan sistem sosial, dan kebudaayaan. Continue reading “Teori Etnosentrisme”

      Posted in Komunikasi

      Filsafat dan Komunikasi

      filsuf

      To live alone one must be a beast or a god, says Aristotle.
      Leaving out the third case: one must be both – a philosopher.
      ~Friedrich Nietzsche

      I also realized that the philosophers, far from ridding me of my vain doubts, only multiplied the doubts that tormented me and failed to remove any one of them. So I chose another guide and said, Let me follow the Inner Light; it will not lead me so far astray as others have done, or if it does it will be my own fault, and I shall not go so far wrong if I follow my own illusions as if I trusted to their deceits. ~Jean Jacques Rousseau

      Tidak mudah membincang filsafat. Butuh beberapa kali berpikir dan mengerutkan dahi. Tulisan di bawah ini akan menjawab beberapa poin pertanyaan terkait permasalahan filsafaat ini.

      Apa itu Filsafat?
      Apa manfaat mempelajarinya?

      BANYAK referensi yang dapat menjawab dua pertanyaan di atas. Berbagai mazhab dan pemikiran banyak tokoh saling silang menjelaskan betapa maha luasnya filsafat itu. Fisafat itu hakekat. Filsafat itu sesuatu yang benar. Kebenaran yang dibenar-benarkan. Kebenaran agung dan sesuatu yang selalu dipikirkan tiada henti.
      Kata falsafah atau filsafat dalam merupakan kata serapan bahasa Arab فلسة, yang juga diambil dari philosophy (Inggris), philosophia (Latin), Philosophie (Jerman, Perancis). Kesemua kata tersebut diambil dari bahasa Yunani philosophia. Kata ini merupakan gabungan dua kata philein berarti mencintai dan philos berarti persahabatan, cinta dsb dan sophos berarti bijaksana dan Sophia berarti kebijaksanaan. Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau “ilmu”.
      Filsafat adalah usaha untuk memahami dan mengerti dunia dalam hal makna dan nilai-nilainya. Ia juga termasuk ilmu pengetahuan yang paling luas cakupannya dan bertujuan untuk memahami (understanding) dan kebijaksanaan (Wisdom).
      Menurut Wikipedia Indonesia, definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problema falsafi pula. Tetapi paling tidak bisa dikatakan bahwa “falsafah” itu kira-kira merupakan studi daripada arti dan berlakunya kepercayaan manusia pada sisi yang paling dasar dan universal. Studi ini didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan problem secara persis, mencari solusi untuk ini, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu dan akhirnya dari proses-proses sebelumnya ini dimasukkan ke dalam sebuah dialektik. Dialektik ini secara singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk daripada dialog. Continue reading “Filsafat dan Komunikasi”

      Posted in Komunikasi

      Geisha: Membayangkan Jepang Lewat Bioskop

      “Kunshi wa hitori o tsutsushimu.”

      “Orang hebat selalu menjaga perilakunya, meskipun sedang sendiri.”

      ~Unknown Author~

       

       

      SAYA mengenal Jepang lewat film. Berbagai film produksi Jepang saya lahap seperti sarapan pagi. Mulai dari alur cerita, soundtrack, lokasi, hingga bintang filmnya. Bahkan tak jarang saya menghapal beberapa lagu Jepang. Bukan untuk menjadi ke-Jepang-Jepangan, tapi tak lebih menyalurkan minat menyanyi. Salah satu film yang menginspirasi saya tentang negeri Sakura itu adalah film Memoirs of Geisha. Continue reading “Geisha: Membayangkan Jepang Lewat Bioskop”

      Posted in Komunikasi

      Sejarah Ilmu Komunikasi

      Pendahuluan

      Pengetahuan bukan merupakan ilmu. Terdapat beberapa hal yang harus dipenuhi bagi suatu pengetahuan yang kredibel, atau memenuhi syarat-syarat ilmiah antara lain harus bersifat empiris, verivikatif, non-normatif, transmissible, general, dan explanotory. Di samping itu ilmu juga harus menekankan aspek ontologi, epistomologi, dan aksiologi. Ia harus bersifat ilmiah, sistematis, mempunyai metode, objek kajian, lokus, dan fokus tertentu Dalam kaitannya dengan pemahaman ilmu di atas, ilmu komunikasi sering mendapatkan keraguan dalam keberadaan dan keeksistensiannya sebagai ilmu di tengah kemajuan teknologi informasi saat ini. Hal ini mungkin salah satunya disebabkan perkembangan historis komunikasi menjadi sebuah ilmu melalui tahapan dimensi waktu yang terlalu jauh (berdasarkan pemahaman catatan sejarah perkembangan ilmu komunikasi di daratan Amerika). Continue reading “Sejarah Ilmu Komunikasi”

      Posted in Komunikasi

      Teori Komunikasi Klasik: Teori Informasi

      Studi komunikasi dewasa ini telah banyak melahirkan berbagai macam teori yang masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri. Ada banyak teori tentang komunikasi. Berdasarkan kurun waktu dan pemahaman atas makna komunikasi, teori komunikasi semakin hari berkembang seiring berkembangnya teknologi informasi yang memakai komunikasi sebagai fokus kajiannya.
      Teori komunikasi kontemporer yang merupakan perkembangan dari teori komunikasi klasik melihat fenomena komunikasi tidak fragmatis. Artinya, komunikasi dipandang sebagai sesuatu yang kompleks-tidak sesederhana yang dipahami dalam teori komunikasi klasik. Continue reading “Teori Komunikasi Klasik: Teori Informasi”

      Posted in Komunikasi

      Cyberlove, Cyberporn, Cybersex :

      Love looks not with the eyes, but with the mind,
      And therefore is winged Cupid painted blind.
      ~William Shakespeare, Mid-Summer Night’s Dream, 1595

      Love – a wildly misunderstood although highly desirable malfunction of the heart which weakens the brain, causes eyes to sparkle, cheeks to glow, blood pressure to rise and the lips to pucker.
      ~Author Unknown


      SEDIKIT Pembuka tentang Teknologi Cyber: Semacam Prolog –

      TEKNOLOGI komunikasi telah mengakibatkan perubahan besar dalam kehidupan manusia. Sejak perkembangan komputer dan dikomersialkannya internet pada medio 1990-an, telah terjadi ledakan besar dalam penggunaan istilah cyberspace. Cyberpunk, cybersex, cyberporn, cybermedia, dan cyberlove, adalah beberapa di antara sekian banyak istilah yang dilekatkan pada kata cyber. Penggabungan dua konsep tersebut tentunya telah meleburkan makna awal dari masing-masing kata dan melahirkan pemaknaan baru setelahnya. Continue reading “Cyberlove, Cyberporn, Cybersex :”

      Posted in Komunikasi

      Cyberdemocracy:

      “…the idea of ‘the nation’, once extracted, like the mollusc, from the apparently hard shell of the ‘ nation-state’, emerges in distinctly woobly shape…”
      (Hobsbawm)

      PERKEMBANGAN teknologi melaju sedemikian pesatnya. Kini, kemajuannya tidak lagi mengenal angka tahun, tapi detik-demetik. Segalanya berkembang dan berubah tanpa kita sadari. Dunia semakin baru, melesat, dan meninggalkan budaya-budaya konvensional. Segenap kehidupan manusia, kini, berikut pelbagai aspeknya, dapat dilakukan dengan sangat mudah. Tak adalagi yang tidak mungkin. Semuanya dapat diatasi oleh teknologi. Salah satu kemajuan teknologi tersebut adalah teknologi internet. Kendala waktu dan geografis dalam berkomunikasi dan menjalin hubungan antarmanusia bukan lagi sebuah persoalan. Continue reading “Cyberdemocracy:”