Hari ini di Bangkok, Thailand

Hari ini, 15 September, adalah hari pertamaku di Bangkok, Thailand di dua tahun yang lalu tahun 2006. Kesempatan itu merupakan pengalaman yang tak begitu mudah untuk dilupakan. Pertama, ini adalah kali pertama saya naik pesawat terbang (hehehe), kedua juga kali pertamanya ke luar negeri.

Sebetulnya bukan hari pertama juga, toh saya tiba di Bangkok tepat pukul 7 malam setelah sebelumnya berada 3 jam di pesawat Thai Airways pada 14 September 2006. Pelayanan yang sangat memuaskan dan fasilitas yang lebih dari cukup dari pramugari-pramugari yang memang cantik itu. Di pesawat, saya tidak berani membayangkan bagaimana rasanya menghirup udara di luar negeri. Bahkan yang paling konyol, detik-detik “take off” pesawat dari Jogja ke Jakarta begitu saya nikmati (maklum pengalaman pertama..hehe :P). Ada sensasi yang tak bisa saya jelaskan di sini *lebay..*.

Genap tujuh hari di sana, banyak pengalaman luar biasa yang saya alami. Pertama, saya berada di sana dalam rangka delegasi Indonesia (dari komunitas Peace Generation-Jogja) dalam International Training for Trainer for Peace Camp 2006. Kedua, presentasi saya mengenai komunitas Peace Generation dan aktivitas kepemudaan di Indonesia disambut antusias oleh para peserta yang berasal dari tujuh Negara (Amerika Serikat, Laos, Vietnam, Thailand, Myanmar, Filipina, dan Indonesia). Ketiga, saya bisa menikmati keindahan dan eksotisme Thailand yang sarat dengan segenap sensualitasnya (apalagi wisata seksnya..ugh.). Dan keempat, di hari terakhir saya di sana, adalah terjadinya insiden kudeta yang dilakukan militer Thailand terhadap PM Thaksin. Huuuu…ngebayangin waktu itu hotel kami dikelilingi tank tank baja…huehehe. Untung penerbangan internasional gak di-cancel.

Pengalaman menarik terkait kebebasan berekspresi yaitu ketika saya berbelanja di mall MBK, Bangkok. Betul kata orang, sulit membedakan mana waria mana wanita di sini. Waria-waria yang bersliweran di jalan-jalan kota sangat sulit diidentifikasi. Di samping wajah mereka yang sangat cantik, ekspresi tubuh mereka pun sangat natural. Tidak dibuat-buat, tidak ada yang berotot kekar laiknya waria-waria Jogja..haha. Ya, kali itu saya membeli sandal jepit kulit. Sandalnya unik, unik sekali. Warnanya coklat gelap sementara alasnya mengikuti bentuk alas kaki kita lengkap dengan jemarinya. Saya beli sandal itu kira-kira dalam rupiah sekitar 250ribuan. Nah, penjaga toko itulah yang kemudian membuat saya terperangah. Ia begitu cantik dan lembut. Sangat cantik! But guess!!! Ternyata bencooooooooong!!! Oh my God…saya ketahui itu dari suaranya yang tak bisa ditutup-tutupi. Udah deh, saya langsung ilfil. “Bangkok..Bangkok…” batinku.

Pengalaman lain ketika pertama tiba di hotel The Suan Dusit Place yang lokasinya sangat dekat dengan kompleks raja Bumibol Adulyadej. Di kamar hotel, selain kita disuguhi berbagai menu makanan untuk keperluan perut, kita juga akan dihidangi daftar menu untuk kebutuhan bawah perut (hayoo..apa coba?)