Dalam perjalanan pulang yg dtemani derasnya hujan, kita bertiga mampir ke rumah Chris. Chris juga merupakan mahasiswa Monash yg Januari lalu mengikuti program yg sama dengan Elisa dan Ella di UGM. Dan kebetulan, ayahnya juga mengajar bahasa Indonesia di Melbourne.
Ngobrol-ngobrol gak jelas sekitar dua jam lebih, kita melanjutkan perjalanan ke rumah Ella. Malam ini, kita diundang makan malam ke rumahnya, karena kebetulan ayahnya adalah Chef sekaligus pengusaha catering.
Ketika diundang, saya bilang ke Ella untuk bilang ke ayahnya bahwa saya muslim, so, harus dipertimbangkan jenis makanan yg akan disajikan. Well, Alhamdulillah mereka mengerti.
Menu yg disajikan bervariasi, ada sayur tumis, ayam panggang, kambing, jamur, keju+roti, dan (ada juga) wine. Tentu saja saya gak mengonsumsi jenis minuman ini! Yang bikin special adalah, ayahnya membuat sambel ala Indonesia. Wow, it was really nice. Enak sekali.
Satu jam lebih kita makan malam dan ngobrol ringan. Ternyata, dari cara makan malam saja, kita memiliki kebudayaan yg berbeda. Dari undangan makan malam yg juga dijadikan sebagai media komunikasi antar anggota keluarga ini saya dapat melihat beberapa perbedaan yg cukup signifikan cara orangtua mendidik anaknya: sangat frontal dan terbuka…
emang bapaknya ella orang apa?
Fickry, sometimes u need to try that kind of ‘wine’ … hohoho
it’s halal! ^^
menarik….:)