Lang pulanglah sayang
Seperti riak ombak tak kunjung ke tepi
Lagian sawah kelak terbenam
Jauh di negeri api dan angin
Menyambut awan yang tak lekas tandang
Aku beranjak dari pura itu.
Meliuk mata kaki di antara gundukan kerikil
Sementara sang siang menghempas-hempas nyawa dahan
Yang menutupi permukaan air
Sungaiku sungai ilalang
Ujungnya entah seperti negeri sok kaya
Belumlah BBM sempatlah Ambalat
Cukuplah …. apalagi nista ini
Oalah …. akankah sungai ini kering terapung?
Menyisakan intrik-intrik krikil dan politik
Bahkan darah adalah menu utama
Di tiap pagi dan sore hari
Oalah…akankah sungai ini terbendung
Lalu tak sempat menyisakan sedikit oksigen bagi parit-parit di luar sana
Yang kebetulan tak bisa pulang karena gaji yang kurang
Eh…salah ding!! Atau justru kenangan gaji yang tinggi
Sampai jejak langkahpun tak dimengerti lagi
Lagi pula sungai ini sudah mendangkal
Tangan-tangan penyamun yang tetap mengais
Padahal jelas kaki terpenggal
Lalu sesosok bisu mencaci diriku dan bergumam tegas:
“Hai ikan jelek, diamlah di sana, karena kail ini akan menyusul insangmu!!!”
Aku mati Aku mati
HARAPAN
–joko sutrisno
pipit kecil terbang sendiri,
mampir sebentar diranting kasar,
paruh kosong,
kaki mungil,
laut terang,
bulan memancar,
menatap aras di kejauhan,
tantang surya adu kepala.
amboi!
anginnya mendayu
tuntun perahu,
kelak eros datang
jemput kurawa.
kepakan sayap rapuh itu
terus berayun,
menyimbahkan
peluh beribu-ribu,
bukan!
bukan angin
menyibak masa,
karna hidup adalah perjalanan.
(jakarta, 26 juli 2008)
Fickry, ini Cisadane mana???
di tempatku di Tangerang jg da sungai Cisadane!!!
@senimangoblok
wah, tengkyu syair balesannya 🙂
@ZainalAisikin
iya bener bgt bro..di Tanggerang..hehe.