Posted in Diary, Resensi, Umum

LPDP Scholarship Awardee Batch VI

2SO.. I was away for about 12 days due to leadership training conducted by the Ministry of Finance between 2 to 12 October. The training was conducted at three different venues: Gumati Hotel and Resort, Salak Mountain, and TNI AU camp (Halim Perdanakusuma Airport). What happened? Yes dude, I was just awarded with the LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan – Indonesia Endowment Fund for Education) Scholarship which is managed by the LPDP.  I’ll tell you in more details about the scholarship later ya :p

We got a lot  of trainings and classes related to the leadership theories and practices. Well, although I have joined many kind of leadership trainings and experienced leader role, I found that this training was more special than the previous ones. Why? It’s simply because the participants were all awardee candidates that were very smart and professionals. So i felt so blessed! Some of them will go to study master and doctor at Oxford, Cambridge, MIT, Harvard, and any other top universities around the Globe! I felt goosebump! Maaaaan…

So… here it is the video of our 12 days! Continue reading “LPDP Scholarship Awardee Batch VI”

Posted in Ads, Resensi, Teknologi, Umum

BCA KlikPay, Cara Mudah Berbelanja Online

BCA1

SEBAGAI salah satu netter sekaligus blogger yang memiliki mobilitas cukup tinggi, kebutuhaan terhadap teknologi informasi serta kemudahan teknologi internet menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar. Keterbatasan waktu menjadi salah satu alasan betapa kemudahan teknologi internet saat ini diagung-agungkan. Hingga kini setidaknya manfaat teknologi internet sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, termasuk kebutuhan berbelanja online, misalnya.

Tepat sejak awal 2011 lalu, saya sudah merasakan berbagai kemudahan bertransaksi secara online melalui fasilitas internet banking Klik BCA. Sejak saat itu saya merasa hidup menjadi begitu mudah dan indah. Just surf on the internet and you can do anything you want, including to shop things you’d like the most from home! Dengan Klik BCA misalnya, maka transaksi online semisal membeli tiket pesawat, bayar tagihan CC, serta membeli pulsa, begitu mudah dan begitu singkat! Nah, tampaknya inovasi BCA tidak berhenti sampai di situ, pemirsa. Baru baru ini saya mencoba inovasi BCA KlikPay!!

Terus, apa sih fick BCA Klikpay itu? Continue reading “BCA KlikPay, Cara Mudah Berbelanja Online”

Posted in Ads, Diary, Event, Press, Resensi, Umum

Mandiri Karnaval di Teriknya Jakarta

MINGGU lalu merupakan pekan yang cukup hectic di Jakarta. Berbagai acara berderet di daftar agenda. Pameran lah, konser musiklah, undangan gathering ini itu lah… Lariiiiiiiiiiiis manis! Termasuk acara Mandiri Karnaval yang diadakan di parkir timur Senayan. Yang bikin semangat ke acara perayaan ultah Bank Mandiri ke-14 ini sebetulnya selain acaranya yang menarik, juga karena berniat kopdar dengan teman-teman blogger Kopdar Jakarta  tercinta =D

Tepat pukul 11.30 siang saya pun tiba di lokasi. Kebayang dong teriknya ibu kota di jam segitu. Apalagi parkir timur senayan terbuka dengan luasnya… puanase puoool! Namun demikian teriknya Minggu siang tidak mengurunkan niat saya ke sana. Terlebih buktinya, ratusan orang menyemut di pelataran parkir di salah satu stadion terbesar itu. Continue reading “Mandiri Karnaval di Teriknya Jakarta”

Posted in Diary, Resensi, Teknologi, Umum

Gadget Baru Samsung Itu

PERTAMA kali mengenal Samsung adalah dulu ketika masih berkuliah di Jogja, bersama Samsung SGH 800 yang konon merupakan produk-produk awal ketika Samsung muncul di industri cellphone tanah air. Lalu selang sekian tahun, pengalaman bermain main dengan gadget dari negeri Ginseng ini beralih ke Samsung Galaxy Tab 10″ tipe P7500 yang saya beli akhir tahun lalu. Selang beberapa bulan dari situ, peruntungan saya kembali datang dengan memenangi kontes salah satu es krim dengan Galaxy Tab 2 7 inches sebagai hadiahnya. Jadi ya dalam kurun waktu yang berdekatan, Galaxy Tab saya sudah dua jumlahnyaaaaa….. #horangkayah

Namun jangan sedih, koleksi Samsung saya gak hanya sampai di situ sodara sodara. Begitu menghadiri acara blogger gathering yang diadakan oleh salah satu provider terkemuka, Samsung Galaxy Y yang menjadi salah satu doorprizenya pun hadir di genggaman saya. Laluuuuu.. selang dua minggu yang lalu, berkat postingan #AndroidNation saya yang ini membuat saya harus pasrah menjadi jawara dengan (again) Samsung Galaxy Tab 2 yang baru! #monggo #silahkan #hitung #sendiri Continue reading “Gadget Baru Samsung Itu”

Posted in Diary, Event, Komunikasi, Press, Resensi, Teknologi

AndroidNation: Pengalaman Total bagi Penikmat Hidangan Penutup

ImagePEKENALAN saya dengan teknologi robot hijau Andorid, bisa dibilang adalah buah dari “kemerasa-minderan” saya atas beberapa kemajuan teknologi komunikasi yang marak beberapa tahun belakangan ini. Revolusi teknologi komunikasi mobile yang semakin maju seperti Java, Symbian, iOS, Blackberry hingga Android, adalah hal yang tidak dapat dihindari. Sebagai blogger, tentu ada hal yang harus saya kejar seiring perkembangan tersebut. Nah salah satunya adalah ikut tercebur dan menggunakan mobile berbasis Android sejak 2 tahun yang lalu. Maka HTC Hero adalah ponsel android pertama yang saya nikahi.

Selain memiliki kemampuan untuk dioprek oleh siapapun, teknologi Android ini memiliki basis komunitas yang luar biasa. Sifatnya yang open source tentu memberikan kesempatan kepada semua orang untuk berkontribusi dalam mengembangkan berbagai aplikasi. Setelah bergabung di komunitas ID Android, bersama rekan-rekan saya di Jogja (dulu), kami kemudian membangun komunitas Jogjadroid! Selain dapat berdiskusi melalui mailing list, aktivitas semacam kopdar mingguan dan bulanan pun kerap dilakukan. Continue reading “AndroidNation: Pengalaman Total bagi Penikmat Hidangan Penutup”

Posted in Resensi

KCB 2 is Funny Haha…

ketika_cinta_bertasbih_2 GUYS.. long time for me to not write movie review since Janji Joni launched yearssssss ago…  Now, let me share some stories I got from the movie entittled Ketika Cinta Bertasbih 2 with jelatawan Cah Andong.

But before telling you further, I say thanks to Herman Saksono for the pic I took from his blog. Hehe…

Hmmm.. I’m not gonna tell you guys about the story, but I just share some scenes which according to me were really funny and excessive or over the top.

The texts below are some HIKMAH(s) yang bisa diambil from the movie…Let’s check them out buddiessss…

1. Kalo mau nikah harus sarjana, kalo bisa dari Kairo (tikabanget, 2009)

Oh my goodnesssss… the statement above was repeatly said. “Kan sarjana juga lohhh…. ” or “cocok tuh, sama-sama sarjana.” Eh, ini kayak mo nikah ato ngelamar kerja ya… kudu S1 dulu..hahaha.. dan kalo bisa lulusan luar negeri. :p

2. coba lihat siapa yang mengantarkan minuman pas kalian bertamu, mungkin itu jodoh nya (choro, 2009) Continue reading “KCB 2 is Funny Haha…”

Posted in Resensi

Lintang, Mahar, dan Ikal

Nonton primier Laskar Pelangi the Movie di Jogja bareng Sultan, Andrea Hirata, Riri Riza, Mira Lesmana, dan bahkan ketiga tokoh utama (Ikal, Lintang, Mahar) merupakan kesempatan yang jarang terjadi. Pemilihan  Jogja sebagai kota pertama yg dikunjungi sang sutradara bukan tanpa alasan. Di samping masih kentalnya napas Jogja sebagai kota Pendidikan yang seirama dengan misi film ini, juga karena salah satu tokoh film – Pak Harpan- menyebut Jogja sebagai salah satu kota pendidikan yang berkarakter. Bahkan, saking menyentuhnya film ini, Sultan pun menontonnya untuk kali kedua pada hari yang sama. Dan semalam, saya pun mengikuti jejak beliau, menonton untuk yang kedua kalinya. :p
Luar Biasa! Tak berlebihan jika film ini akan mampu menggeser rating film-film box office Indonesia sebelumnya. Untuk sebuah film yang diadaptasi dari sebuah novel laris, sang sutradara memberikan porsi yang cukup terhadap adegan yang perlu dan yang tidak perlu ada. Tidak mudah, tapi sang sutradara sangat piawai memberikan komposisi yang pas dalam menghidupkan cerita novel tersebut.
Walaupun mendadak artis, kesepuluh anak asli Belitong tersebut sangat piawai dalam menghidupkan karakter laskar pelangi tadi. Natural, dan sangat lokal dengan aksen Belitong yang begitu kental. Wajah-wajah polos dan bersemangat menularkan sensasi yang meledak-ledak bagi siapapun yang menontonnya. Sosok Lintang yang begitu tegar dengan wajah yang tampak memikul banyak beban betul-betul berkesan bagi saya. Mahar yang sangat menghibur dengan suara emasnya. Continue reading “Lintang, Mahar, dan Ikal”
Posted in Komunikasi, Resensi

Review Film “Janji Joni”

Selama ini kita hanya bisa duduk manis di bioskop dan menikmati setiap scene film. Selama ini kita hanya bisa menuntut film yang ingin kita tonton diputar tepat waktu. Tapi pernahkah kita membayangkan perjuangan seorang pengantar rol film yang akan kita tonton menghadapi halangan dan rintangan hanya untuk memenuhi keinginan-keinginan kita?

SETELAH sukses dengan film Arisan!, Nia Di Nata dan Joko Anwar tampaknya ketagihan untuk menumpuk berbagai penghargaan di bidang film. Janji Joni yang diluncurkan ke pasaran beberapa bulan lalu merupakan film Joko Anwar dengan Nia Di Nata sebagai produsernya. Dengan di-syut medium film seluloid 35 mm dan hanya menghabiskan masa syuting 20 hari pada bulan Januari 2005, film yang diproduksi oleh Kalyana Shira Film ini cukup sukses menyabet berbagai penghargaan.

Narasi

SECARA umum film ini bercerita tentang anak muda berusia 22 tahun bernama Joni (Nicholas Saputra). Dia bekerja sebagai pengantar rol film (day and date) dari bioskop satu ke bioskop lainnya. Suatu waktu ia melihat penonton wanita yang sangat mempesonanya yang belakangan diketahui bernama Angelique (Maria Renata). Ia ingin berkenalan dan mengetahui nama wanita tersebut tanpa mempedulikan cowok yang berada di samping wanita itu (Otto, Surya Saputra).

Namun, wanita tersebut hanya mau memberi tahu namanya bila Joni dapat memenuhi janjinya untuk mengantar rol film yang akan ia tonton tepat waktu. Dikira mudah, dengan pertimbangan selama setahun belakang ia tidak pernah terlambat, Joni mengamini persyaratannya. Nah, cerita mulai seru ketika diperlihatkan bagaimana perjuangan Joni untuk memenuhi janjinya tersebut. Lingkungan di sekitarnya seolah-olah berkonspirasi untuk membuatnya terlambat menepati janji.

Continue reading “Review Film “Janji Joni””

Posted in Komunikasi, Resensi

Review Buku “Becoming White: Representasi Ras, Kelas, Feminitas, dan Globalisasi dalam Iklan Sabun”

 

Berbicara tentang perempuan tidak terlepas dari penampilan fisiknya. Segala bentuk interpretasi dari tubuh perempuan merupakan perbincangan yang tak pernah bertepi. Pelbagai tema kerap muncul di setiap perdebatan. Mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki.

 

Kecenderungan seseorang untuk menemukan kekurangan pada dirinya adalah sesuatu hal yang sangat memungkinkan. Artinya, seseorang akan (melulu) melihat dirinya serba kekurangan. Fenomena inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh kalangan pembuat iklan untuk memasuki wilayah bawah sadar seseorang. Pelbagai produk perawatan tubuh ditawarkan untuk mengeliminir kekurangan-kekurangan itu. Sehingga memang benar jika berbicara tentang tubuh perempuan, tidak terlepas dari perdebatan ragam rekayasa citra.

Dalam buku yang berjudul Becoming White: Representasi Ras, Kelas, Feminitas, dan Globalisasi dalam Iklan Sabun ini, penulis, Aquarini Priyatna Prabasmoro, ingin menjelaskan bahwa sebetulnya citra akan permainan tubuh merupakan sebuah permainan yang rapi dan terancang amat baik. Dalam konteks ini, pembuat iklan-lah yang menjadi dalang utama. Pelbagai janji ditawarkan lewat iklan yang ia rancang. Mulai dari permainan kata, hingga visual/gambar. Salah satu iklan yang menjanjikan keidealan tubuh tersebut adalah iklan sabun.

Iklan sabun yang menawarkan perubahan warna kulit, tekstur, dan sebagainya itu membuat wanita (calon konsumen yang menonton iklan) menjadi tertarik untuk menggunakan produk sabun tersebut. Kulit yang halus, putih, bersih, dan wangi adalah impian setiap wanita (Indonesia). Sehingga wanita Indonesia di-setting sedemikian rupa untuk ikut menggunakan produk sabun supaya impian-impiannya tercapai. Continue reading “Review Buku “Becoming White: Representasi Ras, Kelas, Feminitas, dan Globalisasi dalam Iklan Sabun””

Posted in Resensi

Refleksi Rasial dan Marjinalitas di Australia

 

AUSTRALIA dikenal dengan negara yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai pluralisme dan kebebasan. Negara multikultural ini sangat menghormati sekali rakyatnya untuk berekspresi dan berpendapat. Namun dalam beberapa kasus, nyatanya, hal tersebut tidak sepenuhnya dijalankan oleh negara ini. Terbukti dari masih banyaknya kasus rasial seperti konflik antara warga kulit hitam dan kulit putih serta antara suku aborigin dan kaum pendatang. Termasuk di dalamnya komunitas kaum urban dan antikemapanan, seperti kaum Skinhead, yang diceritakan dalam film dokumenter Romper Stomper yang dibintangi oleh Russel Crowe.

Kaum Skinhead yang bercirikan kepala plontos ini kerap hidup di sudut kota-kota besar sebagai pengejawantahanan ideologi yang mereka usung. Ideologi tersebut yaitu ideologi antikemapanan dengan tidak mengapresiasikan nilai-nilai normatif yang secara wajar ada dalam kehidupan masyarakat normal. Lagi-lagi, kaum ini disebut sebagai kaum marjinal karena norma atau nilai yang berlaku di antara anggotanya tidak sesuai dengan nilai yang berlaku dalam masyarakat pada umumnya.

Untuk mengekspresikan nilai-nilai tersebut, mereka menggunakan fashion dan aksesoris, serta gaya rambut yang keluar dari mainstream. Para pria dengan sengaja mencukur rambut mereka sampai plontos. Mengukir lukisan di tubuhnya serta menggunakan aksesoris atau busana yang sangat nyentrik. Misalnya pakaian mereka yang selalu dikawinkan dengan sepatu Boot dengan celana jeans yang panjangnya hanya sampai batas mata kaki. Sedangkan wanitanya menggunakan make-up yang sangat mencolok dengan gaya rambut yang tidak biasanya. Gaya rambutnya pun bermacam-macam serta warna-warni. Continue reading “Refleksi Rasial dan Marjinalitas di Australia”

Posted in Resensi

Cengkarut Perfilman Tanah Air

 

Landskap perfilman Indonesia ibarat belantara luas yang dipenuhi belukar persoalan serta onak masalah. Memasuki landskap itu tanpa menggenggam secarik peta niscaya hanya akan menuai kebingunan atau malahan bisa tersesat ke wilayah tak bertuan.

Perfilman Indonesia, seperti yang pernah diungkapkan mendiang Asrul Sani-tokoh perfilman nasional, terkenal karena keburukan-keburukannya. Berbagai macam persoalan dari penggalian tema, pendanaan, pendistribusian, hingga peraturan tentang perfilman merupakan rentetan persoalan rumit yang berujung pada stigma negatif. Maka untuk mengetahui akar persoalannya perlu dilakukan pemetaan persoalan sebagai masukan dan saran untuk pengambilan kebijakan di masa yang akan datang.

Buku “Menguak Peta Perfilman Indonesia” merupakan salah satu langkah strategis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang persoalan yang menggerogoti dunia perfilman tanah air. Buku ini merupakan pemetaan tahap kedua setelah sebelumnya telah dilakukan pemetaan tahap pertama pada Desember 2003. Namun, pemetaan tahap pertama hanya berupa langkah “pengidentifikasian” persoalan atau hanya pada tataran permukaannya saja sehingga perlu dikaji lebih mendalam pada pemetaan tahap kedua dalam buku ini.

Pemetaan yang dilakukan pada tahap kedua ini merupakan pendalaman dari persoalan yang mengitari perfilman Indonesia. Persoalan yang dihadapi ternyata multi dimensional dan saling terkait sehingga dalam penjelasannya, pemetaan ini membatasi bahasannya pada persoalan perfilman mulai dekade 1990-an hingga sekarang dan hanya mengkaji film cerita yang diputar di bioskop. Cakupan peta persoalan dipaparkan dengan mendahulukan Persoalan Produksi lalu dilanjutkan pada Persoalan Kreativitas dan Sensor, Persoalan Distribusi Film, Persoalan Sumber Daya Manusia, Persoalan Apresiasi dan Festival, serta Persoalan Arsip dan Dokumentasi Film. Keenam peta persoalan ini dipaparkan secara mendalam, runut, dan saling berkaitan.

Persoalan yang diangkat dalam buku ini memang sudah banyak dibahas walaupun belum begitu mendalam seperti yang ditulis oleh Garin Nugroho (“Krisis sebagai Momentum Kelahiran”, Kompas, Agustus, 1991 dan “Film Indonesia, Antara Pertumbuhan dan Kecemasan”, Tempo, Mei 1993). Sudwikatmono juga pernah menulis buku “Sinepleks dan Industri Film Indonesia dalam Layar Perak” terbitan Gramedia tahun 1992.

Continue reading “Cengkarut Perfilman Tanah Air”